Komunitas Pemuda Siap Sukseskan Gerakan Kawasan Tanpa Rokok di Banda Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Nadia Ulfah, Koordinator Teknikal dari Aceh Institute dan DPRemaja Aceh dan perwakilan dari GENITA, Mhd. Hafiz Daniel. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Komunitas Generasi Peduli Kendali Tembakau (GENITA) bersama dengan Dewan Perwakilan Remaja (DPRemaja) Dapil Aceh 2024, serta berkolaborasi dengan The Aceh Institute menggelar diskusi publik bertajuk YouAct - Youth Action for Tobacco Control di Nutrihub Aceh, Peuniti, Jumat (15/11/2024).
Diskusi ini mengundang puluhan pemuda Aceh yang berasal dari berbagai komunitas dan kampus untuk menyuarakan kepedulian terhadap pengendalian tembakau di daerah mereka.
DPRemaja Aceh dan perwakilan dari GENITA, Mhd. Hafiz Daniel mengatakan bahwa tujuan utama dari diskusi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya di kalangan anak muda, tentang pentingnya pengendalian tembakau.
“Kegiatan ini adalah bagian dari reses DPRemaja yang berfokus pada upaya pengendalian tembakau. Kami ingin anak muda menjadi agen perubahan, bisa menjadi kader-kader yang akan menyebarkan informasi mengenai bahaya rokok dan pentingnya penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR),” ujarnya kepada Dialeksis.com.
Menurut Hafiz, meskipun regulasi terkait KTR sudah ada, masih banyak masyarakat, terutama kalangan muda, yang belum mengetahui sepenuhnya peraturan ini.
Dengan adanya diskusi seperti ini, diharapkan mereka dapat menjadi pionir dalam menyebarkan informasi kepada keluarga dan teman-teman terdekat mereka, sehingga pengendalian tembakau dapat lebih efektif.
Salah satu keresahan yang disampaikan Hafiz adalah tingginya angka perokok di Banda Aceh, yang dikenal sebagai Kota Seribu Kopi.
Ironisnya, meskipun banyak tempat umum yang seharusnya bebas asap rokok, penerapan aturan KTR di kota ini masih jauh dari harapan.
“Saya berharap kegiatan ini bisa mengadvokasikan hal tersebut, baik di tingkat daerah maupun nasional, sehingga kota kita bisa menjadi lebih bersih dan sehat,” tambahnya.
Sementara itu, Nadia Ulfah, Koordinator Teknikal dari Aceh Institute, memberikan pandangan terkait masalah pengendalian tembakau di kalangan remaja.
Menurut riset yang dilakukan pada 2021, sekitar 50% pelajar di Banda Aceh merupakan perokok aktif, dengan tren penggunaan rokok konvensional yang kini mulai bergeser ke rokok elektrik.
“Meski sudah ada regulasi sejak 2016, faktanya masih banyak masyarakat, terutama anak muda, yang belum mengetahui atau menerapkannya dengan baik,” jelas Nadia.
Meskipun data terbaru mengenai dampak penggunaan tembakau pada kesehatan remaja masih terbatas, Nadia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi masalah ini.
“Kami berharap, dengan adanya komunitas seperti GENITA, pemerintah dapat semakin didorong untuk lebih gencar dalam melaksanakan regulasi yang ada,” tambahnya.
Diskusi ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam pengendalian tembakau.
Tidak hanya sebagai agen perubahan yang menyebarkan informasi, tetapi juga sebagai kelompok yang dapat memberikan ide-ide segar untuk mendukung implementasi regulasi KTR.
Diskusi publik ini berakhir dengan harapan agar semakin banyak komunitas pemuda yang terlibat aktif dalam gerakan ini.
“Kami berharap kegiatan ini bisa terus berkembang dan menghasilkan solusi yang konkret untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari asap rokok,” tutup Nadia.[nh]