Kopi Gayo Harus Diselematkan, Proyek Resolve di Aceh Tengah Diluncurkan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
DIALEKSIS.COM| Takengon- Kopi Gayo masih menjadi andalan bumi Pertiwi untuk memenuhi kebutuhan kopi dunia. Namun saat ini produksi kopi di Indonesia yang diperkirakan akan menurun, akibat perubahan iklim.
Banyak persoalan yang saling terkait dan berkontribusi terhadap penurunan produksi kopi di Indonesia. Beragam persoalan itu menjadi perhatian Rainforest, ECOM dan PT IndoCafco. Perusahan ini berusaha menyelamatkan kopi di Bumi Pertiwi.
“Di Indonesia ada dua kabupaten yang menjadi proyek resolve untuk penyelamatan kopi, di Aceh Tengah dan Tanggamus di Lampung,” sebut Laurent Bossolasco, Manager Asia Pacifik ECOM, ketika dilangsungkan peluncuran proyek resolve di Aceh Tengah, Rabu 11/12/2024.
Dalam peluncuran proyek resolve di Aceh Tengah yang dilanjutkan dengan diskusi, berbagi informasi, tampak hadir para pakar kopi di Aceh Tengah. Pemda Aceh Tengah dan Dinas terkait menanda tangani MoU untuk resolve kopi Gayo.
Dalam diskusi, Intan Diani Fardinatri, Coffee Team Manager Rainforest, menjelaskan sejumlah persoalan yang dihadapi dalam upaya penyelamatan kopi. Diantaranya, perubahan pola cuaca dan perubahan iklim yang mengakibatkan hasil panen yang rendah dan kualitas yang buruk.
Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, kurangnya akses terhadap modal, pembagian risiko yang tidak merata dalam rantai pasokan yang menempatkan petani pada posisi yang rentan untuk menanggung sebagian besar risiko.
Selain itu, perempuan memainkan peran penting dalam produksi kopi tetapi menderita karena kurangnya akses terhadap input dan sumber daya, pendapatan, dan pengambilan keputusan, sehingga peran tersebut tidak optimal.
Dijelaskan Intan, kementrian ekonomi Belanda melalalui bagianya (RVO), mendukung pengusaha, LSM, lembaga pengetahuan, pembuat kebijakan dan organisasi.
RVO telah memberikan subsidi untuk proyek Resolve, mengatasi deforestasi dan mata pencaharian melalui Proyek Rantai Pasokan Kopi yang Inklusif.
Dijelaskan, poyek ini merupakan kemitraan yang dibentuk antara Rainforest Alliance (sebagai pihak utama) dengan Koninklijke Douwe Egberts BV (JDE Peets), ECOM Agroindustrial Corp, PT Asia Makmur, dan PT Indo Cafco.
Proyek ini dilaksanakan di dua kabupaten di Sumatera, Kabupaten Aceh Tengah (kopi Arabika) dan Kabupaten Tanggamus (kopi Robusta).
Dijelaskan, proyek Resolve menggunakan pendekatan multifaset untuk mengurangi dan mengatasi risiko tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam rantai nilai. Proyek ini dilaksanakan di 3 kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah, bekerja sama dengan para petani kopi di kawasan hutan dan desa.
Dijelaskan Laurent, Manager Asia Pacifik ECOM, pihaknya akan melakukan empat kegiatan utama untuk mengatasi resiko terhadap perkembangan kopi di Aceh Tengah.
Pertama, manajemen kolaboratif. Proses administrasi yang efektif, perjanjian manajemen, dan kegiatan penyiapan proyek menjadi dasar untuk koordinasi yang efektif, tidak hanya secara internal tetapi juga dengan para pemangku kepentingan yang relevan.
Seperti Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Aceh, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah yang mencakup Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian termasuk Balai Penyuluhan Pertanian.
Juga dengan Lembaga Penelitian seperti Universitas Syiah Kuala dan IP2SIP Gayo, dan juga platform kopi nasional SCOPI. Komunikasi dan kolaborasi rutin dengan para mitra dan pemangku kepentingan untuk memastikan adanya pendekatan yang terpadu.
Pihaknya juga akan mengatasi deforestasi (Penggundulan hutan). Melaksanakan pengumpulan geodata dengan mengumpulkan titik-titik GPS dari 2.500 petani untuk mempercepat izin Perhutanan Sosial dan persetujuan STDB.
Pihaknya juga memastikan kepatuhan terhadap persyaratan Indonesia dan EUDR. Pemantauan hutan melalui kolaborasi dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan dan petani Perhutanan Sosial untuk melacak tren deforestasi.
Terutama di area yang digerakkan oleh kopi, dan mencegah perambahan lebih lanjut. Menyelesaikan masalah hukum yang terkait dengan pemukiman petani kopi di dalam kawasan hutan dan mempercepat persetujuan perhutanan sosial.
Selain itu pihaknya akan meningkatkan mata pencaharian. Penanaman kembali 62.500 tanaman kopi dan penaung. Kegiatan peremajaan dan pelatihan GAP untuk meningkatkan produksi kopi di 1.000 kebun kopi. Reboisasi dan penanaman 33.000 pohon
Pihaknya juga memantau perkembangan karbon untuk berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Memberikan pelatihan khusus gender kepada 250 perempuan dan pemuda, dengan fokus pada diversifikasi pendapatan, usaha mikro, dan pengembangan kebun pangan keluarga.
Selain itu juga ada program, Mekanisme Uji Tuntas. Menetapkan kebijakan mengenai deforestasi dan mengintegrasikannya ke dalam proses perusahaan. Mengidentifikasi, menilai, dan memprioritaskan risiko deforestasi dalam rantai pasokan.
Merancang dan menerapkan strategi untuk menanggapi deforestasi, termasuk rencana manajemen risiko. Memverifikasi uji kelayakan rantai pasokan melalui pemantauan, investigasi lapangan, dan konsultasi. Membuat laporan tahunan dan laporan keberlanjutan untuk mengkomunikasikan dampak perusahaan terhadap hutan.
Untuk mewujudkan program tersebut, pihak ECOM mempercayakan kepada Rainforest Alliance (RA), adalah organisasi nirlaba internasional yang bekerja untuk memulihkan keseimbangan antara manusia dan alam agar keduanya dapat berkembang secara harmonis.
RA aktif di hampir 60 negara, RA berusaha menyatukan komunitas pertanian dan hutan, perusahaan, pemerintah, masyarakat sipil, dan jutaan individu untuk mendorong perubahan positif di beberapa lanskap yang sangat penting di dunia dan rantai pasokan global.
RA akan menjadi pemimpin proyek dan bertanggung jawab atas manajemen dan koordinasi proyek, serta pengumpulan dan analisis data untuk tujuan pemantauan dan penyusunan laporan proyek.
Sementara PT. Indo Cafco (ICC) adalah bagian dari Ecom Agroindustrial Corp. Ltd, sebuah perusahaan perdagangan dan pengolahan komoditas, yang berfokus pada kopi, kakao dan kapas di negara-negara produsen dan konsumen utama.
ECOM adalah pedagang komoditas berkelanjutan terkemuka dan melalui tim lapangan SMS bekerja secara langsung dengan para produsen untuk mengelola risiko CSR dalam rantai pasokan.
ECOM memiliki Kebijakan Lingkungan dan Sosial serta Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial dengan perangkat untuk menilai operasi dan rantai pasokan di tingkat grup.
Dalam proyek resolve di Aceh Tengah, pelaksana kegiatan berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten. Tantangan dari pasar seperti EUDR, pestisida terlarang harus dijawab oleh semua pihak.
Proyek ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemda Aceh Tengah. PJ. Bupati Aceh Tengah melalui Sekda Erwin Pratama, S.STP, M.Si, menanda tangani MoU. Menurut Erwin dalam penjelasanya, Aceh Tengah sebagai salah satu kabupaten penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Aceh Tengah memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sumber daya alam yang bijak.
" Keunggulan geografis dan kesuburan tanah Gayo telah menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan. Namun di balik itu, kita dihadapkan pada tantangan besar, yaitu upaya mencegah deforestasi, menjaga keberlanjutan lingkungan, serta memperkuat mata pencaharian masyarakat petani kopi,“ jelasnya.
Pemda Aceh Tengah berharap, kepada para petani kopi dan masyarakat Aceh Tengah, untuk menjadikan program ini sebagai peluang untuk memperkuat kapasitas, meningkatkan produktivitas, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Partisipasi aktif dan komitmen semua akan menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Bupati meminta seluruh jajaran pemerintah daerah, untuk mendukung program resolve dengan sepenuh hati.
Menurutnya, program resolve ini bukan hanya tentang membangun ekonomi lokal melalui kopi, tetapi juga tentang menjaga warisan alam kita, hutan yang kaya, dan lingkungan yang sehat.
" Komitmen kita untuk menjalankan program ini secara konsisten adalah bentuk tanggung jawab kita kepada generasi mendatang,“ sebut Sekda Erwin Pratama.[*]