Langkanya Pupuk, Siddiq: Pupuk Organik Bisa Jadi Solusi
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Pemerhati Satwa dan Alam, Siddiq Al Idrus. [Foto: Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Saat ini petani sawit di seluruh Aceh mengalami kelangkaan pupuk. Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan inovasi penggunaan pupuk organik.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali, Minggu (10/10/2021).
Pemerhati Satwa dan Alam, Siddiq Al Idrus setuju akan hal itu. “Saya setuju saja dengan hal itu, karena penggunaan pupuk organik itu sustainable,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Selasa (12/10/2021) saat dihubungi via telepon.
Hanya saja, Siddiq mengatakan, untuk skala Pabrik Kelapa Sawit (PKS) itu bicara skala besar. Penggunaan pupuk organik memang efektif tapi untuk jangka panjang.
“Kenapa penggunaan pupuk organik lebih efektif, karena pupuk organik justru menambah unsur-unsur yang ada didalam tanah, namun kebalikannya jika penggunaan pupuk kimia itu justru mengambil unsur-unsur yang ada didalam tanah, jadi secara tidak langsung penggunaan pupuk kimia itu membuat tanah jadi kritis,” jelas Siddiq.
Cuma penggunaan pupuk kimia itu lebih efektif dan hemat penggunaannya, Kata Siddiq, namun itu untuk skala Industri.
“Makanya sampai saat ini masih menggunakan pupuk kimia, itu sebenarnya kembali lagi kepada perusahaannya, hitungan-hitunganya lah, karena dengan sedikit pupuk sudah bisa untuk berhektar-hektar lahan yang terpupuki,” Kata Siddiq.
Hanya saja, Kata Siddiq, seperti yang saya sampaikan, penggunaan pupuk kimia itu dapat merusak unsur-unsur tanah.
Oleh Karena itu Siddiq menyampaikan, perlu ada Campaign (Kampanye) pupuk organik agar bisa digunakan dalam skala besar.
Karena pada jaman Soeharto, Kata Siddiq, kenapa pada jaman Soeharto tanah itu kritis, karena pemberian pupuk kimia (NPK) yang berlebih. “Saya yakin sekali semakin kesini masyarakat sadar aku penggunaan pupuk organik itu lebih sehat,” ungkap Siddiq.
Lanjutnya, “Saat ini penggunaan pupuk organik itu masih sebatas masyarakat saja, khususnya di Aceh, jika penggunaan untuk kebun, saya rasa itu masih untuk kebun sendiri, bukan skala Industri,” tambahnya.
Siddiq mengatakan, ini sebenarnya kembali kepada pemerintah, untuk menyikapi pupuk organik.
“Kalau pemerintah masih setengah-setengah atau untuk skala UMKM, jangan pernah bicara skala Industri, karena tentu untuk skala Industri itu harus bangun pabrik untuk membuat pupuk organik atau kerjasama dengan suatu perusahaan. Kemudian, jika adanya kerjasam, maka, antara pemerintah dan perusahaan terkait harus ada rules yang jelas.
“Dan seandainya produksi pupuk organik itu dari masyarakat, harus dimulai dengan skala desa-desa, namun dengan adanya isu-isu seperti ini tentu pupuk organik akan menang dengan pupuk kimia, ditambah lagi dengan isu global warning dan sebagainya, pupuk organik itu penggunaan Industri pasti akan menang, apalagi jika di support pemerintah,” jelas Siddiq.
Siddiq mengatakan, solusi saat ini yaitu, harus ada pelatihan-pelatihan bagaimana cara membuat pupuk organik di desa-desa. “Memulai penggunaan pupuk organik itu harus dimulai dari desa-desa, ini diluar skala besar (Industri). Karena jika kita memulai menumbuhkan kesadaran masyarakat tadi, penggunaan pupuk organik akan diminati di skala besar juga, dan akan merambah ke Industri, karena itu harus Campaign juga,” ucapnya.
Ia mengharapkan juga, pemerintah harus benar-benar serius dalam isu-isu seperti ini juga, karena ini tidak bicara skala kecil lagi tapi bicara sekala besar, terutama dalam lini sektor PKS (Industri). [ftr]