LBH: Kebebasan Pers Semakin Terkekang, Bukti Kita Kembali ke Zaman Otoriter
Font: Ukuran: - +
Reporter : Agam K
[Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Kebebasan pers merupakan sebagai pilar demokrasi, maka ketika pers mulai mengalami diskriminasi dan kebebasan yang semakin terkekang, maka bukti telah kembali ke zaman otoriter.
Direktur YLBHI-LBH Banda Aceh, Syahrul mengatakan, saat sekarang ini kalangan pers sangat rentan mengalami dikriminalisasi dimana mana, di ancam, dibunuh bahkan keluarganya diteror dan dilecehkan.
"Ini merupakan sebagai bukti kalau kita telah kembali ke zaman otoriter," ujar Syahrul saat menjadi pemateri dalam diskusi dan nonton bareng Film A Thousand Cuts, yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Sabtu (6/11/2021).
Sementara itu, pemateri lainnya Ayi Jufridar yang merupakan sebagai Ahli Pers dan juga wartawan senior mengatakan, kalangan pers harus bersatu dan kompak, sehingga mampu melawan berbagai diskriminasi yang terjadi.
Selain itu, juga harus mampu menyusun perencanaan liputan yang matang, sehingga mampu menghasilkan karya jurnalistik yang menarik dan jangan hanya mengunggu berita-berita peristiwa saja.
"Jadi kita harus mampu menyusun perencanaan liputan yang matang dan jangan menunggu berita yang jatuh dari langit, maksudnya berita-berita tentang peristiwa dan seremonial saja," tutur Ayi Jufridar.
J Hendri Noerman , sutradara film Identitas dan ketua Matasapi Films mengatakan, The Thousand Cut, salah satu film dokumenter terbaik dan masuk dalam festival film dunia.
“Film ini luarbiasa dengan durasi yang hampir dua jam bikin penonton tidak bosan, karena materi yang dimunculkan sangat dinamis, lugas , bicara fakta dan dikemas dengan frame sinematik. Subjek di film ini yaitu Maria Ressa juga sosok yang sangat fenomenal,” katanya.
Acara nobar dan diskusi tersebut, diikuti oleh sejumlah akademisi, pegiat sosial dan hak asasi manusia, kalangan mahasiswa dan sejumlah jurnalis di Lhokseumawe dan Aceh Utara.