Lem Faisal Kenang Tu Sop Sebagai Ulama dengan Gagasan Brilian dalam Membangun Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali atau yang akrab disapa Lem Faisal. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana duka menyelimuti Aceh pada Sabtu malam, 7 September 2024, saat shalat jenazah ulama besar Aceh, Muhammad Yusuf A Wahab, yang lebih dikenal dengan sebutan Tu Sop, dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman.
Kehilangan sosok karismatik ini dirasakan begitu mendalam, terutama oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali atau yang akrab disapa Lem Faisal, yang turut hadir dan memberikan penghormatan terakhir bagi sahabatnya.
Dalam wawancara seusai shalat jenazah, Lem Faisal mengenang sosok Tu Sop sebagai ulama muda dengan disiplin tinggi, baik dalam hal pendidikan maupun setiap program yang dijalankan.
"InsyaAllah sangat disiplin dalam pendidikan dan dalam seluruh program serta kegiatan beliau. Saya ada bersama-sama beliau, mulai dari masa di Samalanga hingga saat kami berpisah saat saya bertugas di Banda Aceh," ujarnya.
Lem Faisal mengungkapkan bahwa meskipun mereka terpisah secara geografis, Tu Sop memimpin pesantren di Jeunieb, Bireuen, sementara Lem Faisal menjalankan tugas di Banda Aceh.
Mereka tetap berkomunikasi dan berdiskusi tentang berbagai program dan gagasan yang dirancang oleh Tu Sop.
"Dalam setiap langkah dan kegiatan yang beliau lakukan, InsyaAllah saya ada bersama beliau. Bahkan sampai beberapa hari sebelum beliau wafat, kami masih berkomunikasi tentang banyak hal," ujarnya.
Salah satu yang sangat dikagumi Lem Faisal dari Tu Sop adalah keteguhan dan komitmennya dalam menjalankan gagasan-gagasan besar, meski sering kali mendapat kritik atau perbedaan pendapat.
“Walaupun banyak yang tidak sependapat, beliau tetap berkomitmen untuk menjalankan itu. Dan InsyaAllah, program-program yang beliau lakukan, meski tidak selalu mudah, tidak ada yang gagal. Semuanya berhasil,” kata Lem Faisal.
Salah satu gagasan yang sangat dikenang Lem Faisal adalah inisiatif Tu Sop untuk mendirikan Yadara (Yayasan Dayah Bersaudara), yang bertujuan memberikan manfaat besar bagi dunia pesantren di Aceh.
“Walaupun belum maksimal, Yadara adalah salah satu upaya beliau yang menggambarkan visi besar untuk kemajuan pesantren,” lanjutnya.
Tak hanya itu, Tu Sop juga dikenal dengan ide-ide inovatif lainnya, seperti program Training of Trainer (TOT) bagi para pendakwah di tingkat kampung. Menurut Lem Faisal, program ini telah membawa hasil nyata di banyak kampung.
“Beliau sangat menyadari pentingnya dakwah di akar rumput, di kampung-kampung. Beliau mengatakan bahwa kampung adalah tempat kita melayu dan harus diberdayakan," ujarnya.
Program TOT ini, meski tampak sederhana, ternyata memiliki dampak yang besar dalam memberdayakan para pendakwah lokal untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam di masyarakat.
“Ini adalah salah satu contoh dari ide-ide cemerlang Tu Sop yang sulit kita tebak dari tampilan zahirnya. Beliau selalu melangkah maju, menjalankan ide-ide itu hingga mencapai keberhasilan,” tambah Lem Faisal.
Ketika ditanya tentang pertemuan terakhirnya dengan Tu Sop, Lem Faisal mengenang momen itu terjadi sekitar seminggu sebelum wafatnya sang ulama besar.
Namun, komunikasi terakhir mereka terjadi pada Jumat, 6 September 2024, sehari sebelum Tu Sop menghadap Sang Khalik.
“Kami bertelepon pada jam 11 pagi. Beliau memberi tahu saya bahwa akan pergi ke Jakarta untuk berobat. Tidak ada pesan khusus, hanya laporan bahwa beliau akan berangkat untuk pengobatan,” ujarnya.
Lem Faisal pun merasa kehilangan sosok yang tidak hanya menjadi sahabat, tetapi juga rekan dalam menyebarkan dakwah dan gagasan-gagasan besar untuk kemajuan umat di Aceh.
"Tidak ada pesan-pesan khusus dari beliau kemarin, namun kepergiannya tentu meninggalkan duka mendalam bagi kita semua,” pungkasnya.
Sebagai salah satu ulama muda yang dihormati, Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan di Aceh, baik dari segi ilmu, pemikiran, maupun dedikasi terhadap umat.
Dengan berpulangnya Tu Sop, Aceh kehilangan salah satu ulama terbaiknya, namun semangat dan warisan yang ditinggalkan akan terus menginspirasi banyak generasi ke depan.