Lembong: Pandemi, UMKM Dituntut Kreatif dan Maksimalkan Pasar Online
Font: Ukuran: - +
Reporter : Roni
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penduduk di seluruh dunia ikut terdampak akibat pandemi Covid-19. Tak terkecuali para pengusaha, utamanya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pandemi menyasar bahkan mampu melumpuhkan sektor perekonomian.
Menanggapi hal itu, Pengusaha sekaligus Akademisi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry, Dr T Lembong Misbah mengatakan, di tengah pandemi ini masyarakat terutama UMKM dituntut untuk lebih kreatif melihat peluang-peluang atau memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
"Salah satu kuncinya adalah memanfaatkan teknologi dengan beralih ke pasar online. Sebab kalau saat sekarang, yang paling potensial memang di sana. Praktis sekaligus menjaga kontak langsung atau protokol kesehatan di tengah pandemi, " kata Dr T Lembong Misbah saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (29/10/2020).
Selanjutnya, Lembong berujar, saat pandemi ini UMKM disarankan menjual produk-produk yang jadi kebutuhan pokok seperti kebutuhan makan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan orang-orang mengalami keterbatasan ekonomi dan banyak menahan diri untuk membeli barang-barang yang bersifat tersier (mewah).
"Kemudian, harus mampu mengolah produk-produk menjadi lebih baru dan inovatif, harus berbeda dari sebelumnya," ungkap akademisi yang juga pengusaha lele dan udang vaname itu.
"Sekarang orang jual sayur saja sudah menggunakan sistem online seperti model frozen food (makanan beku). Selain tuntutan zaman dan kondisi pandemi, model seperti ini memang sedang populer sekali," tambahnya.
Selanjutnya, pengusaha yang juga Wakil Dekan III FDK UIN Ar-Raniry itu menyampaikan, bagi anak-anak muda, masa pandemi ini adalah kesempatan untuk melihat peluang dan memaksimalkan segala potensi yang ada, terutama dengan memanfaatkan kemajuan dunia digital.
Saat ditanya bagaimana solusi bagi para milenial yang sedang memulai usahanya agar tetap bangkit dari kegagalan, Lembong berujar, kegagalan itu adalah seni sekaligus sebuah keharusan dalam dunia usaha.
"Buat anak-anak muda yang sedang merintis usaha dan gagal, ya dalam dunia usaha itu memang harus berani jatuh bangun. Gagal itu biasa, bahkan gagal itu dianggap sebuah seni dalam berusaha," ungkap Lembong.
Ia berujar, sebenarnya kalau mau mengambil filosofi Siti Hajar berlari dari bukit Shafa dan Marwah tujuh kali , sejatinya kisah itu bisa diambil sebagai filosofi bagi seorang pengusaha.
"Paling tidak, dalam dunia usaha kita sudah diuji jatuh bangun itu tujuh kali sebenarnya. Lebih kurang seperti itu," jelas Lembong yang sudah merintis usaha lele sejak 10 tahun lalu.
"Jadi kalau baru sekali dua kali gagal ya biasa. Justeru kalau seorang pengusaha itu tidak pernah gagal, tidak pernah ditipu dan tidak pernah jatuh, itu bukan pengusaha namanya. Semua pengusaha mengalami hal yang sama. Jatuh bangun itu menjadi makanan dan seni dalam berusaha. Belajarlah dari sebuah kegagalan," pungkasnya.