Mahasiswa Unsyiah Ciptakan Aplikasi untuk Anak Pembinaan Khusus
Font: Ukuran: - +
Tim aplikasi Skula bersama dengan Ridha Ansari, A.Md. IP,SH, M.Si pimpinan LPKA Aceh.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh – Anak anak yang mendapat pembinaan khusus, selain harus ada perhatian khusus, juga membutuhkan aplikasi yang dapat mereka nikmati sebagai sebuah proses pembelajaran.
Untuk itu, tiga mahasiswa Unsyiah Banda Aceh, tergabung dalam kegiatan Progam Kreatifitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC), menciptakan aplikasi pembelajaran untuk anak-anak yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Aplikasi yang didesain secara offline diberi nama Skula.
"Aplikasi ini sudah sering kami praktekan di LPKA Banda Aceh," sebut Adelia Safitri, ketua tim aplikasi skula, kepada Dialeksis.com, Jumat (21/6/2019) di Takengon. Menurut mahasiwi kreatif ini, skula merupakan aplikasi yang dapat membantu koreksional untuk merancang materi sendiri.
Tiga mahasiswa ini; Adelia Safitri Mahasiswa jurusan Informatika bersama, Fifyn Srimulya Ningrum mahasiswa Jurusan Psikologi dan Mariza Agustia mahasiswa Jurusan Informatika. Mereka dibimbing dosen Informatika Rahmad Dawood, S.Kom, M.Sc.
Menurut Adelia, skula merupakan aplikasi yang dapat membantu koreksional untuk merancang materi sendiri. Seperti materi pelajaran berbentuk teks, gambar, dan video. Anak didik dapat mengakses materi secara offline dengan menggunakan tablet.
Mereka telah melakukan kunjungan ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak Banda Aceh beberapa kali. Di sana diadakan beberapa kegiatan dengan menguji coba aplikasi skula. Kehadiran aplikasi Skula disambut hangat oleh pimpinan LPKA Banda Aceh, Ridha Ansari, A.md. IP,SH, M.Si, sebutnya.Skula merupakan aplikasi pembelajaran yang didesain secara offline yaitu skula untuk anak-anak yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Banda Aceh, jelasnya.
Aplikasi ini diberi nama berasal dari bahasa Aceh yaitu "sikula" yang berarti sekolah. Skula bertujuan untuk meningkatkan optimisme belajar anak LPKA guna menjadi bekal untuk diri mereka setelah keluar dari tempat pembinaan, kata Adelia.
"Semoga skula dapat menjadi aplikasi yang dapat membantu meningkatkan optimisme anak-anak didik di LPKA. Sehingga mereka tidak lagi khawatir akan dunia luar setelah selesai dari pembinaan dari lapas dan diharapkan semoga skula juga bisa digunakan oleh LPKA di daerah lain," jelasnya.
"Anak anak pembinaan khusus mereka membutuhkan pendukung spirit dari pihak lain, agar mereka bisa bangkit menatap masa depan, tidak harus kembali terpuruk dengan persoalan yang sama," kata Adelia.
(baga)