Makin Menumpuk, Pemerintah Diminta Giatkan Edukasi Cara Bereskan Sampah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ketua Bank Sampah USK, Rama Herawati. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Produksi sampah kian hari semakin tinggi, salah satunya Banda Aceh produksi sampah capai 240 Ton per hari. Angka tersebut tentu tidak kecil, namun pertanyaannya apakah masyarakat galau atau resah melihat sampah begitu banyak?
Ketua Bank Sampah Universitas Syiah Kuala, Rama Herawati miris melihat banyak masyarakat yang tak peduli dengan sampahnya sendiri, bahkan sekalipun pejabat dengan mobil dan rumah mewah tak memikirkan cara membereskan sampah.
"Saya banyak sekali lihat, rumah orang-orang kaya tapi tong sampah malah nggak memadai, mereka kadang-kadang paku pohon kemudian sangkut sampah disitu," ucap dengan kesal saat dihubungi Dialeksis.com, Selasa (16/11/2021).
Rama Herawati sebagai pelopor Bank Sampah USK membagi resep mengolah sampah yang telah ia terapkan di kampus USK dan berlahan-lahan berhasil, banyak dosen serta warga di sekitar kampus membawa sampah mereka ke Bank Sampah.
"Saya sudah edakasi dari dulu, sampah sendiri bereskan sendiri, harus ada pemilahan sampah, jangan semua dicampur dalam satu tong sampah, masak sampah shampoo dicampur sama pampers, ya nggak ada yang mau, kan jijik," ujarnya.
Untuk itu, harus ada pemilahan di setiap tempat, karena perlu diketahui semua sampah itu dapat mengahsilkan uang, sampah itu bukan untuk dijauhi tetapi diurus.
"Saya yakin 2 tahun lagi pasti tetap tinggi jumlah sampahnya, karena resep untuk membereskan sampah tidak dibuat, kita hanya kumpul angkut dan buang. Karena nggak terdidik setelah meningkat jadi 300 Ton baru kita diskusi kenapa 300, sebetulnya membereskan sampah itu gampang sekali karena saya pelaku yang setiap saat dnegan sampah," tegasnya lagi.
Ia menceritakan sepulangnya dari Pulau Banyak Aceh Singkil, dengan alam yang begitu cantik nan indah namun berkumpul sampah yang sangat banyak di pinggir laut.
"Dan orang-orang nggak ada yang sakit atau galau melihat itu, mereka biasa aja bahkan gak peduli, makan bisa buang kenapa nggak bisa. Kalau sampah buatan allah langsung busuk dibuatnya seperti kulit pisang, tapi kalau sampah manusia nggak akan busuk," tuturnya.
Dengan itu, ia hadir di USK yang dipenuhi oleh para ilmuwan, penuntut ilmu dan berilmu. Bank Sampah USK untuk menyelesaikan sampah USK.
Menurutnya, persoalan persampahan itu murni dari kurangnya edukasi dari semua sektor pemerintahan, harusnya mereka hadir di tengah-tengah masyarakat memberikan pengetahuan membereskan sampah sendiri, tidak perlu selalu namun cukup datang seminggu sekali berikan pemahaman.
"Warga kalau sudah mengerti dia akan patuh, sampah akan dipilah kemudian minta mereka bawa ke bank sampah dan menghasilkan uang, jadi mereka pulang dengan membawa uang dan sampah mereka jadi bersih tidak berteteran," jelasnya lagi.
"Kalau sampah sudah bercampur dan berkumpul di TPA siapa lagi yang mau pegang, makanya sebelum itu diberikan edukasi dulu," tambahnya.