Mantan Kombatan GAM Ini Sukses Budidaya Tirom Super Jumbo
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Syardani M. Syarif atau yang akrab disapa Teungku Jamaica, Mantan Juru Bicara Militer Gerakan Aceh Merdeka Wilayah Samudra Pase sukses kembangkan budidaya tirom jumbo. [Foto: Dialeksis/TJ]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tirom Super Jumbo, adalah penyebutan nama untuk bivalvia atau kerang-kerangan yang ukurannya cukup besar. Kerang dipopulerkan oleh Syardani M. Syarif atau yang akrab disapa Teungku Jamaica, Mantan Juru Bicara Militer Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Samudra Pase.
“Sebenarnya ini adalah tiram genus Ostrea, species O. Edulis. Saya sebut Tirom Super Jumbo ini hanya untuk memudahkan dalam membedakan jenis tiram yang tersedia di tempat kita, karena saya menjual dua jenis tiram yakni tiram biasa atau yang ukurannya kecil dan Tirom Super Jumbo yang ukurannya cukup besar,” ucap Teungku Jamaica kepada Dialeksis, Selasa, (30/11/2021).
Tirom Super Jumbo yang beratnya mencapai 2 Kg bersama cangkangnya. [Foto: Dialeksis/TJ]
Saat ini diketahui bahwa Teungku Jamaica sedang mengembangkan Tirom Super Jumbo. Ada ratusan biji induk Tirom Super Jumbo berbagai ukuran dimasukkan dalam Oyster Mesh Bag (keranjang pembesaran tiram) dan ditempatkan di perairan Ulee Lheue dan Alue Naga, Kota Banda Aceh. Lokasinya persis dalam keramba di bawah jembatan Ulee Lheue dan waduk Alue Naga.
“Tirom Super Jumbo kini sudah mulai berkembang, dan dapat terlihat dengan mata dimana Spat ataupun anak-anak Tirom Super Jumbo seukuran jempol atau uang logam 500 rupiah sudah berjejer menempel di pelampung dan keranjang pembesaran tiram bantuan Kodam Iskandar Muda (IM) yang diimpor khusus dari China tersebut,” sebutnya.
Daging Tirom Super Jumbo, ini perbandingan ukuran besar Tirom Super Jumbo dengan telapak tangan. [Foto: Dialeksis/TJ]
Dirinya mengatakan, diperkirakan ada ratusan ribu atau bahkan jutaan bibit Tirom Super Jumbo kini sudah menyebar di perairan kawasan Ulee Lheue dan Alue Naga.
Teungku Jamaica mengharapkan semoga semua bibit Tirom Super Jumbo ini akan hidup dan berkembang hingga bisa dipanen bermanfaat bagi petani tiram di kawasan itu.
Ratusan Spat atau anak-anak Tirom Super Jumbo terlihat menempel di pelampung. [Foto: Dialeksis/TJ]
“Jika ini berhasil, saya berencana ingin mengembangkan di 18 Kabupaten/Kota lainnya di Aceh yang mempunyai wilayah pesisir laut,” tukasnya.
Di Kota Banda Aceh sendiri, kata Teungku Jamaica, produksi tiram saat ini semakin meningkat karena petani secara swadaya sendiri membuat keramba-keramba baru dari bambu ataupun kayu, kemudian digantung ban mobil bekas sebagai media untuk menempel bibit tiram hingga membesar siap dipanen.
Kondisi Pandemi Covid-19 juga berdampak pada penurunan penjualan tiram, terutama untuk pengiriman ke Jakarta. “Selama masa pandemi ini penjualan tiram untuk lokal di Aceh tetap berjalan normal seperti biasa, sementara pengiriman tiram ke Jakarta agak menurun, mungkin akibat diberlakukan PPKM oleh pemerintah, sehingga restoran yang menampung tiram kita dibuka dengan jadwal terbatas, sehingga jumlah pembeli juga akan terbatas,” katanya.
Selain mengembangkan dan menjual tiram, Teungku Jamaica juga menjual berbagai jenis hasil laut lainnya seperti kerang-kerangan, udang, kepiting, ikan dan juga lobster. “Jika ada yang ingin memesan dapat langsung menghubungi ke nomor HP/WAnya 08116800510 yang juga sering dipublis di akun Facebooknya,” ujar Teungku Jamaica.
Harga pasar terhadap kerang yang dijual oleh Teungku Jamaica, sedangkan tirom mencapai harga Rp 100 ribu per Kg. [Foto: Dialeksis/TJ]
Usaha pengembangan Tirom Super Jumbo oleh Teungku Jamaica di kota Banda Aceh hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah baik provinsi dan kota Banda Aceh.
Padahal tiram ini sangat potensial untuk peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, apalagi proses pembudidayaannya pun sangat mudah dan sederhana, bahkan tidak perlu diberikan pakan karena makanan tiram adalah plankton yang sudah tersedia di dalam air secara alami.
Ia sangat mengharapkan adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk pengembangan Tirom Super Jumbo ini yang masih sangat langka populasinya di Aceh dan dapat dikembangkan dalam Hatchery ataupun tempat pemijahan/pembenihan anak tiram dalam skala besar sebagaimana di lakukan di Amerika, Eropa, Australia dan New Zealand.
“Kita butuh hatchery khusus untuk pengembangan tiram sebagaimana dilakukan di negara-negara maju, sehingga spat ataupun anak-anak tiram dapat dikembangkan dalam skala besar, kemudian bisa dibantu untuk petani ataupun disebarkan ke dalam kawasan rawa-rawa pantai. Dengan demikian, Aceh ke depan akan mempunyai Tirom Super Jumbo yang banyak dan hasilnya bisa diekspor,” harapnya.
Induk Tirom Super Jumbo, ukurannya sangat besar. beratnya bisa mencapai 2 Kg jika ditimbang bersama cangkangnya. [Foto: Dialeksis/TJ]Menurutnya, potensi untuk pengembangan tiram di Aceh tersebar di 18 Kabupaten/Kota di sepanjang pesisir Utara-Timur hingga pesisir Barat-Selatan ini dapat dijadikan sumber ekonomi besar bagi masyarakat, terutama warga pesisir.
“Jika dikelola secara profesional, tiram dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi yang besar bagi masyarakat terutama warga pesisir. Namun, jutaan orang tidak menyadarinya,” pungkasnya. [ftr/tj]