Masykur Sang Penyelamat Sumber Sejarah dari Aceh, Peraih Sartono Kartodirdjo Award 2019
Font: Ukuran: - +
Reporter : Sara Masroni
Pendiri sekaligus Direktur Pedir Museum, Masykur Syafruddin (kanan) saat menerima Sartono Kartodirdjo Award 2019 dari Direktorat Sejarah Kemdikbud RI. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Siapa tak kenal dengan Sartono Kartodirdjo. Bernama lengkap Prof Aloysius Sartono Kartodirdjo, beliau dianggap pelopor sekaligus guru sejarawan Indonesia.
Sejumlah karyanya mencerahkan dan kerap dijadikan rujukan mahasiswa sejarah di perguruan tinggi. Tak terkecuali dengan Masykur Syafruddin. Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini merupakan salah seorang pengagum dan pembaca setia karya-karya Sartono Kartodirdjo hingga saat ini.
Namun siapa sangka, kini Masykur dianugerahi penghargaan Sartono Kartodirdjo Award dari Direktorat Sejarah Kemdikbud RI sebagai kategori Penyelamat Sumber Sejarah.
"Bahagia sekali. Penghargaan ini sebagai pemicu semangat kita untuk terus berdedikasi terhadap dunia sejarah di Indonesia ke depan," kata Masykur saat diwawancara Dialeksis.com, Senin (9/12/2019).
Meski masih berusia 22 tahun dan masih berstatus mahasiswa, kini Masykur menjadi satu-satunya penerima penghargaan prestisius itu di kalangan pegiat sejarah Indonesia tahun ini, saat peringatan Hari Sejarah Nasional 2019 di salah satu hotel di Jakarta, 4 Desember 2019 lalu.
Milenial Aceh ini diketahui sebagai Pendiri sekaligus Direktur Pedir Museum. Memiliki koleksi sebanyak 2.870. Pedir Museum dapat ditemui di Desa Blang Glong, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya atau cabangnya di Desa Punge Blang Cut, Kota Banda Aceh.
"Melalui apresiasi ini kita berharap bisa menularkan semangat kepada anak-anak muda khususnya di Aceh agar terus menjaga sumber-sumber sejarah," ungkap Masykur.
"Dan ke depan semoga pemerintah mulai menaruh perhatian ke sektor ini," pungkasnya.
Mendirikan Pedir Museum pada 6 Juni 2014 lalu, kini Masykur mulai dihujani penghargaan dari berbagai lembaga yang sebetulnya bukan jadi tujuan awalnya. Tujuan awal Masykur adalah menyelamatkan benda-benda bersejarah agar menjadi bukti bahwa Aceh pernah gemilang di masa lampau. (sm)