Sabtu, 13 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Mencintai Rasul Tak Sebatas Ritual: Pesan Khatib Jumat Tgk Akmal Abzal

Mencintai Rasul Tak Sebatas Ritual: Pesan Khatib Jumat Tgk Akmal Abzal

Sabtu, 13 September 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Khatib Jumat, Tgk Akmal Abzal, Pimpinan LPI Al Anshar sekaligus Pengurus ISAD Aceh, dalam khutbah Jumat (12/9/2025) di Masjid Al Maghfirah Habib Chiek Kajhu, mengingatkan jemaah bahwa mencintai Rasulullah SAW tidak boleh berhenti pada ritual seremonial belaka, melainkan harus mewujud nyata dalam akhlak, perilaku, dan komitmen moral sehari-hari. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Khatib Jumat, Tgk Akmal Abzal, Pimpinan LPI Al Anshar sekaligus Pengurus ISAD Aceh, dalam khutbah Jumat (12/9/2025) di Masjid Al Maghfirah Habib Chiek Kajhu, mengingatkan jemaah bahwa mencintai Rasulullah SAW tidak boleh berhenti pada ritual seremonial belaka, melainkan harus mewujud nyata dalam akhlak, perilaku, dan komitmen moral sehari-hari.

Menurut Tgk Akmal, cinta adalah energi paling purba yang menjadi dasar penciptaan alam semesta. “Semesta ada karena cinta Allah kepada makhluk-Nya, dan puncak dari cinta itu adalah diutusnya manusia agung, Muhammad SAW, sebagai cahaya penuntun jalan bagi manusia,” ujarnya.

Karena itu, mencintai Rasulullah bukan tanpa sebab dan bukan pula sebatas ritual. Cinta kepada beliau, lanjutnya, harus berdasar kesadaran spiritual, kesetiaan intelektual, serta komitmen moral yang kokoh.

Khatib menukil firman Allah dalam QS. An-Nisā’ ayat 170: “Wahai manusia, telah datang Rasul kepada kalian dengan kebenaran dari Tuhanmu.”

Ayat ini, kata Tgk Akmal, menegaskan bahwa kebenaran tidak berhenti sebagai ide abstrak, melainkan hadir nyata dalam sosok Muhammad SAW. Para sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali r.a. tidak pernah meragukan ucapan beliau dalam kondisi apapun. Keyakinan itu muncul karena mereka paham bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terjaga dari kebohongan dan kepentingan duniawi.

“Berbeda dengan manusia hari ini, yang kadang diragukan kejujurannya -- baik pemimpin, atasan, bahkan suami-istri atau ulama sekalipun. Sedangkan Nabi adalah figur suci yang steril dari cela. Karena itu, cinta kepada beliau berdiri di atas keyakinan yang tidak tergoyahkan,” jelas Tgk Akmal.

Dalam QS. Al-Ahzāb ayat 21 Allah menegaskan: “Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi siapa yang berharap kepada Allah dan hari akhir.”

Menurut Tgk Akmal, cinta sejati kepada Rasulullah bukan hanya memuji lewat kata-kata atau sekadar bershalawat, tetapi juga meniru langkah-langkah beliau dalam kehidupan. Filosof Muslim bahkan menegaskan bahwa cinta yang tidak melahirkan perubahan hanyalah ilusi.

“Jika kita mencintai Rasul, akhlaknya harus tercermin dalam hidup kita: kesabaran ayah mendidik anak, kelembutan suami pada istri, kejujuran pedagang, keberanian pemimpin menegakkan kebenaran, dan keteduhan tutur guru kepada murid,” katanya.

Namun, lanjutnya, realitas kini sering berbanding terbalik. Peringatan Maulid Nabi ramai digelar, tetapi akhlak umat justru makin jauh dari tuntunan Rasulullah SAW.

Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiyā’ ayat 107: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”

Tgk Akmal menegaskan bahwa rahmat Nabi tidak hanya bagi manusia, melainkan juga untuk seluruh ciptaan, termasuk hewan, tumbuhan, dan bumi. Karena itu, cinta kepada Rasulullah harus tercermin dalam kasih sayang universal tidak saling menyakiti, tidak saling menjatuhkan, serta selalu menjaga keharmonisan kehidupan.

Lebih lanjut, Tgk Akmal menjelaskan bahwa memperingati Maulid Nabi merupakan ekspresi cinta yang penuh makna, bukan sekadar tradisi kosong. Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa membuat dalam Islam suatu amalan yang baik, maka ia mendapat pahalanya.” (HR. Muslim).

“Peringatan Maulid harus dimaknai dengan membaca Al-Qur’an, bershalawat, mengenang sirah Nabi, dan berbagi kepada fakir miskin. Yang keliru adalah ketika Maulid direduksi menjadi pesta makan atau hura-hura tanpa substansi,” tegasnya.

Tgk Akmal juga mengingatkan agar cinta kepada Rasulullah tetap proporsional. “Kita mencintai Muhammad sebagai utusan Allah, bukan sebagai Tuhan. Sebab, cinta yang berlebihan bisa menghilangkan makna cinta itu sendiri,” ujarnya.

Karena itu, ia menutup khutbah dengan pesan bahwa mencintai Rasulullah harus diwujudkan dalam akhlak nyata: kejujuran, kepedulian pada fakir miskin, kelembutan pada keluarga, keberanian menegakkan kebenaran, dan ketaatan penuh kepada Allah SWT.

“Rasulullah sudah dijamin surga, tapi ibadahnya tak pernah redup. Salat, puasa, zakat, dan haji beliau jalani tanpa lelah. Maka, mari jadikan Maulid bukan hanya seremonial, tapi momentum bercermin: sejauh mana kita sudah meneladani beliau? Karena cinta sejati bukan kata-kata, melainkan kesetiaan dalam amal nyata,” pungkas Tgk Akmal. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
bpka - maulid
bpka