Minggu, 22 Juni 2025
Beranda / Berita / Aceh / Menggugat Catatan Helsinki: Hamid Tepis Keikutsertaan, Munawar Menegaskan Peran

Menggugat Catatan Helsinki: Hamid Tepis Keikutsertaan, Munawar Menegaskan Peran

Minggu, 22 Juni 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Munawar Liza Zainal mantan anggota Tim Perunding Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Baru usai riuh sengketa pulau, Aceh kembali bergolak. Kali ini, debat panas menyasar sejarah suci, siapa sesungguhnya yang duduk di meja perdamaian Helsinki 2005? Kontroversi menggelinding dari studio Indonesia Lawyers Club ke ruang publik tersiarkan di tanggal 20 Juni 2025, mempertaruhkan ingatan kolektif tentang momen genting itu.

Prof. Hamid Awaluddin, mantan Menkumham era SBY, menyulut bara dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (20/6). Dengan tegas ia menyangkal Munawar Liza Zainal termasuk core team perunding GAM di Helsinki. Pernyataan itu bagai melemparkan batu ke kolam tenang riaknya seketika membelah jagat maya.

Munawar Liza tak tinggal diam. Kepada Dialeksis, ia membeberkan arsitektur tim perunding GAM yang lebih kompleks dari sekadar lima nama inti.

“Paruh awal negosiasi, terdapat nama-nama seperti Ramasamy (Malaysia) dan William Nessen (AS). Selanjutnya masuk paruh penutup di era Irwandi Yusuf, Shadia Marhaban, dan dirinya disebut terlibat aktif,” jelasnya.

Bahkan klarifikasi Munawar Liza dengan nada getir ia beranalogi,"Bagaikan tim sepak bola. Bukan cuma pemain lapangan, tapi juga pelatih, dokter, bahkan tukang urut semua anggota tim,” ungkapnya lagi.

Untuk mengukuhkan keabsahan perannya, Munawar menyodorkan fragmen personal: kehadirannya dalam state banquet di Gedung Smolna pasca-penandatanganan MoU. "Saya duduk bersebelahan dengan Dubes RI untuk Finlandia saat itu, I Gusti Agung Wesaka Puja," ujarnya, menegaskan posisinya sebagai anggota termuda delegasi GAM.

Tak cuma memaparkan fakta, Munawar melayangkan kritik pedas ke Hamid,"Itulah ego Hamid! Usai MoU, ia buru-buru pulang jarang pantau Aceh. Alhasil, ia tak paham dinamika di sini,”.

Selanjutnya sengit ia menambahkan,"Kita jangan lupa: mereka (tim Indonesia) dulu musuh di meja perunding. Kini berlagak pahlawan?"

Publik Aceh kini menanti akankah Hamid Awaluddin membalas? Untuk itu Dialeksis langsung menghubungi melalui pesan whatsapp belum kunjung direspon hingga berita ini ditayangkan. Publik Aceh hanya bisa menilai debat kedua tokoh ini menjadi pengingat pilu bahwa perdamaian bukan sekadar tanda tangan di atas kertas, tapi juga pengakuan atas setiap tangan yang ikut merajutnya. Narasi damai itu, ternyata, belum sepenuhnya kering...

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra