Meski Jemaah Membludak, Pengusaha Travel Umrah Tak Meraup Keuntungan Besar
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ketua DPD Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Aceh, Welly Rifandi [Foto: for Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penyelenggaraan umrah sempat terhenti selama dua tahun. Setelah dibuka kembali, peminatnya membludak hingga agen travel kewalahan.
Sejak Juli 2022 lalu, penyelenggaraan umrah sudah dibuka kembali oleh Kerajaan Arab Saudi. Setelah terhenti selama dua tahun, tentu pengumuman ini merupakan angin segar bagi para jemaah dan agen travel umrah.
Ketua DPD Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Aceh, Welly Rifandi mengatakan, meski membludaknya peminat umrah tahun ini tapi para pengusaha travel umrah tidaklah meraup keuntungan yang besar.
Karena, kata dia, melambungnya harga hotel, kini tarif hotel di Makkah dan Madinah melonjak hingga 300 persen. Bahkan banyak terjadi pemutusan kontrak atau pesanan kamar secara sepihak oleh pihak hotel.
“Kadang-kadang penyelenggara sudah beritahukan kepada jemaah nanti hotelnya ini, tetapi tiba-tiba terjadi perubahan. Pihak penyelenggara terkadang bisa menanganinya atau terkadang jamaah harus dikorbankan dengan dengan meminta tambahan biaya,” jelasnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Selasa (31/1/2023).
Lebih lanjut, kata Welly, umrah tahun ini layaknya musim haji ramainya, jadi walaupun fasilitas hotel standar tapi orang yang datang terus bertambah. Sehingga hotel yang biasa dibooking sudah penuh dan otomatis harus mencari hotel jauh lebih dari pada yang diharapkan.
“Sebagian hotel bahkan yang diperuntukkan untuk untuk ibadah haji terpaksa kita gunakan juga untuk umrah karena tidak ada penginapan,” ungkapnya.
Sebenarnya berapa keuntungan menjadi agen travel umrah di Indonesia?
Welly menjelaskan, dengan kondisi umrah seperti ini, pemilik travel umrah tidak memiliki keuntungan yang tinggi. Karena pihak meraup keuntungan besar itu pihak Saudi, seluruh komponen kebutuhan berada di Saudi, hanya komponen pesawat saja yang dibeli di Indonesia.
“Komponen paling banyak itu di Saudi, contoh booking hotel, katering, bus, visa, tentunya lebih untung kepada Saudi, tapi disini yang meningkatkan nggak terlalu signifikan, paling terbantu di bandara sudah ada geliat porter-porter yang dulu tidak ada membantu jamaah umrah kali ini sudah ada, pesawat yang kita gunakan punyanya aircraf Indonesia,” sebutnya.
Berkaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di Arab Saudi. Welly berpesan kepada penyelenggara umrah untuk bijak dalam menentukan harga.
“Jadi tidak ada harga di bawah angka Rp30 juta. Jika ada, maka dikhawatirkan hotel atau fasilitas yang diberikan itu sangat tidak layak,” ungkapnya.
Kemudian, lanjutnya, jika terjadi perubahan harus segera mengedukasi kepada jemaah terkait membludaknya jemaah umrah di Saudi.
“Apalagi sekarang ini untuk masuk ke raudhah saja sampai dengan kepulangan tidak bisa masuk karena sudah full permintaan masuk, sungguh sangat disayangkan,” pungkasnya. (Nor)