Meugang antara Tradisi dan Harga Diri
Font: Ukuran: - +
Reporter : MRZ

Warga sedang membeli daging meugang di kawasan Beurawe pada Jumat (28/2/2025). [Foto: MRZ/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Di Aceh ada tradisi Meugang yang berlangsung tiga kali dalam setahun, yaitu saat menjelang Puasa Ramadhan, menjelang lebaran Idul fitri dan menjelang lebaran Idul adha.
Tradisi ini sudah dimulai sejak masa Kesultanan Iskandar Muda, bahkan sampai dibuatkan Qanun atau Peraturan Daerah terkait hal ini. Saat itu, Sultan memerintahkan jajaran nya untuk menyembelih hewan (lembu/kambing) kemudian dibagikan kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu, anak yatim, janda dan fakir miskin.
Kemudian tradisi Meugang ini berlanjut hingga sekarang dan sangat kental perayaan nya di tengah-tengah masyarakat Aceh.
Dalam penelusuran Dialeksis.com pada Jumat (28/2/2025) di salah satu pusat penjualan daging di kawasan Beurawe, harga daging berkisar Rp 170 ribu hingga Rp 180 ribu per Kg. Terlihat masyarakat antusias membeli daging untuk dimasak kemudian dinikmati bersama keluarga.
Ada yang menarik ketika seorang Tukang Parkir yang bernama Samsul yang mangkal dikawasan penjualan daging di Beurawe tersebut meminta izin agar diberikan uang parkir Rp 2 ribu, yang biasanya bertarif Rp 1 ribu.
"Bang mohon izin ya, kembaliannya Rp 3 ribu, saya lagi kumpulin uang untuk beli daging meugang, sudah 3 hari ini saya melakukan seperti itu, dan rata-rata mengizinkannya bang, bagaimanapun anak saya harus bisa merasakan meugang, walaupun cuma 1 Kg daging," ujarnya lirih.
Saya pun menawarkan agar uang pecahan Rp 5 ribu itu diambil semua olehnya, Samsul pun sumringah.
Hari-hari ini Meugang sudah bergeser dari sebuah tradisi menjadi harga diri seorang Kepala Keluarga yang mau tidak mau harus mampu membawa pulang daging saat perayaan Meugang.
Kalau dalam istilah Bahasa Aceh "Na Jeut, Hana Hanjeut" (Kalau ada boleh, Kalau ga ada harus ada).
Dari beberapa informasi yang dirangkum, ada juga gampong-gampong di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar yang membagikan daging Meugang hasil dari Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) selama setahun. Setiap masyarakat mendapatkan kupon daging. Hal ini juga menjadi sebuah solusi konkrit di tengah roda ekonomi masyarakat kita yang sulit berputar.
Meugang hampir saja usai saat berita ini terbit, nanti malam sudah mulai tarawih, artinya besok kita mulai berpuasa, mari kita berdoa bersama-sama agar ke depan ekonomi kita semakin membaik, dan setiap Kepala Keluarga tak lagi risau saat Meugang tiba.[m]
Berita Populer
.jpg)
