kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Michael: Angka Kematian Perokok Dua Kali Lipat Daripada Kematian Covid-19

Michael: Angka Kematian Perokok Dua Kali Lipat Daripada Kematian Covid-19

Jum`at, 27 Agustus 2021 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

Ketua Umum Blood For Life Foundation (BFLF) Aceh, Michael Oktaviano. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Angka kematian Covid-19 tak sebesar angka kematian Perokok. Hal ini dibuktikan berdasarkan informasi dari CNN yang menyatakan, World Heaalth Organization (WHO): 225.700 orang Indonesia meninggal pertahun akibat rokok sedangkan data dari Satgas Covid-19 Indonesia sejumlah 129.293 jiwa yang meninggal karena Covid-19.

Terkait data tersebut, Ketua Umum Blood For Life Foundation (BFLF) Aceh, Michael Oktaviano membenarkan hal ini, ia mengatakan angka kematian perokok capai dua kali lipat dari angka kematian Covid-19.

Ia mengatakan, dari daftar riwayat penyakit yang dikeluarkan oleh Kemenkes WHO yaitu TBC, jantung, dan paru, rokok merupakan nomor pertama angka kematian sedangkan Covid-19 itu sendiri urutan 14.

"Iklan merokok yang menyebabkan kanker pada bungkusan rokok saja itu tidak efektif, sama sekali ngak membuat masyarakat itu takut, jadi memang hal ini ya berlalu saja," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Jumat (27/08/21).

Ia juga menambahkan, upaya pemerintah yang harus dilakukan seharusnya iklan rokok itu tidak perlu ada lagi, peraturan pemerintah daerah yang melarang merokok itu benar-benar dijalankan karena kalau iklan saja ngak mempan.

"Jangan buat tata ruang tentang dilarang merokok tapi itu tidak dijalankan, seperti di sekolah memang siswanya tidak boleh merokok akan tetapi guru-gurunya merokok, kan itu memberikan contoh yang tidak baik kepada siswa, kemudian di kantor-kantor pemerintah juga gitu, lagi rapat kadang merokok juga" jelasnya.

Michael menambahkan kalau penyakit paru serangannnya lebih ke perokok bukan Covid-19, efek jera dari perokok ya hukuman, kemarin kan mau dibuat qanun semacam hukuman, didenda, atau penjara ya dijalankan dan yang paling penting contoh dari pemimpin, jangan larang merokok tapi pemimpinnya malah merokok.

"Yang lebih parahnya lagi adalah sosial masyarakat sekarang udah ngak ada lagi, banyak anak-anak sekolah yang merokok di warung kopi tapi orang tua ngak open sama sekali, nilai-nilai sosial masyarakat udah hilang," tegasnya lagi.

Ia juga menyebutkan, seharusnya orang tua itu menegur, memberi nasehat, dan lainnya, kalau sekarang ya nafsi-nafsi. Yang merokok di warung-warung kopi ya dibiarkan begitu saja, hal ini juga terjadi karena orang tuanya juga merokok.

"Peran eksternal seperti tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh agama harus berani memberikan khutbah-khutbah tentang bahaya rokok setelah salat, misalnya hukum rokok itu apa, kan sudah jelas sesuatu yang merusak itu haram di dalam agama, nah ketegasan para pemuka seperti ini sangat berperan, kemudian setelah shalat tentang bahaya rokok, penyebabnya bisa keguguran, kemandulan, kematian, kan jelas," tambahnya.

Ia juga memberikan anggapan, peran keluarga, peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Yang kita sayangkan sekarang lagi orang tua yang tidak sayang sama anaknya, anaknya masih bayi tapi berani merokok di depan anaknya.

"Orang yang menghirup juga terkena dampaknya, intinya keluarga sepenuhnya harus memberikan contoh yang baik buat anaknya," tutupnya. (AR)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda