Milad GAM ke-48, Generasi Milenial Wajib Mengenal Sejarah Perjuangan Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Ketua Divisi Kemitraan Strategis DPP Muda Seudang Aceh, Bung Aulia Hanafiah.[Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Haul Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ke-48, Ketua Divisi Kemitraan Strategis DPP Muda Seudang Aceh, Bung Aulia Hanafiah, mengajak masyarakat Aceh untuk merefleksikan perjalanan panjang sejarah Aceh.
Peringatan ini tidak hanya menjadi momentum untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai pembelajaran dan inspirasi bagi generasi muda, khususnya generasi milenial dan Gen-Z, untuk membangun Aceh yang lebih baik di masa depan.
Aulia menegaskan pentingnya menjadikan peringatan Milad GAM sebagai momen kolektif untuk mengenang perjuangan para pendahulu Aceh yang telah berkontribusi besar dalam mewujudkan perdamaian dan stabilitas di provinsi ini.
"Kita harus memahami bahwa kondisi damai, aman, dan tentram yang kita nikmati hari ini adalah hasil perjuangan panjang para pendahulu kita, baik dari kalangan GAM, masyarakat sipil, maupun berbagai unsur lainnya. Gencatan senjata antara GAM dan Pemerintah RI di Helsinki, Finlandia, pada tahun 2005 adalah tonggak penting dalam perjalanan Aceh menuju perdamaian," ujar Bung Aulia kepada Dialeksis.com, Rabu (4/12/2024).
Bung Aulia juga mengusulkan agar tanggal 4 Desember ditetapkan sebagai hari libur khusus di Provinsi Aceh.
Ia menilai bahwa tanggal ini memiliki nilai sejarah yang tidak kalah penting dibandingkan tanggal-tanggal besar lainnya, seperti peringatan bencana tsunami pada 26 Desember.
"Penetapan hari libur ini akan memberikan ruang kepada masyarakat untuk lebih mendalami sejarah dan nilai-nilai perjuangan Aceh. Dengan demikian, generasi muda dapat lebih memahami perjalanan panjang Aceh dan menjadikannya sebagai inspirasi untuk menciptakan sejarah baru yang lebih baik," tambahnya.
Menurut Bung Aulia, generasi muda saat ini, khususnya Gen-Z, cenderung kurang mendapatkan pemahaman tentang sejarah Aceh. Hal ini diperburuk oleh kurangnya edukasi dari lingkungan internal, termasuk keluarga dan institusi pendidikan, terkait perjalanan panjang masyarakat Aceh.
"Sebagian dari mereka bahkan tidak mengenal bahasa daerah Aceh. Oleh karena itu, penting untuk menggugah antusiasme generasi muda agar mereka memahami bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga sebagai referensi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik," jelasnya.
Sebagai bagian dari peringatan Haul Milad GAM, Bung Aulia juga mengusulkan pelaksanaan berbagai kegiatan positif yang melibatkan generasi muda.
Kegiatan-kegiatan ini dapat berupa diskusi sejarah, lomba karya tulis, seminar tentang pembangunan Aceh pasca-konflik, hingga acara seni budaya yang memperkuat identitas keacehan.
Dalam refleksinya, Bung Aulia mengingatkan bahwa sejarah Aceh tidak hanya berbicara tentang konflik, tetapi juga perjuangan dan keberanian dalam menghadapi tantangan.
Ia berharap generasi muda dapat mengambil pelajaran dari masa lalu untuk menciptakan Aceh yang lebih unggul, berkembang, dan sejahtera di masa depan.
"Sejarah penting untuk dipahami, bukan untuk mengulang masa lalu, tetapi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Generasi muda harus menjadi motor penggerak perubahan, dengan menjadikan nilai-nilai perjuangan dan persatuan sebagai fondasi utama," tutupnya. [nh]