Beranda / Berita / Aceh / Muhammad Najib dan Strategi Besarkan BPMA: Tiga Pilar Utama

Muhammad Najib dan Strategi Besarkan BPMA: Tiga Pilar Utama

Jum`at, 17 Januari 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

 Muhammad Najib, Wakil Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). [Foto: dok pribadi untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rabu, 15 Januari 2025, menjadi hari penuh cerita saat redaksi Dialeksis.com bertemu Muhammad Najib, Wakil Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). 

Sosok bersahaja ini telah lama berkecimpung di dunia migas, dengan rekam jejak yang tak bisa dianggap enteng. Mulai dari menjabat Kepala Divisi Pengendalian Aset dan Rantai Suplai di BPMA hingga memegang sejumlah posisi strategis di PT Medco Energi Internasional, termasuk Manager Corporate Accounting Services dan Business Support Manager di Medco LLC Oman.

Pertemuan itu berlangsung hangat di Haba Café. Sambil menyeruput kopi berkelas dengan citra rasa berbeda, Najib berbagi pandangannya tentang masa depan BPMA, terutama di bawah kepemimpinan Nasri Djalal yang baru saja dilantik sebagai Kepala BPMA.

Najib menyebut ada tiga pilar utama untuk membangun BPMA yang lebih kuat, yaitu mindset, dukungan multistakeholder, dan optimalisasi anggaran. 

“Selama ini, BPMA seperti berjalan sendirian. Milestone yang sudah ditetapkan belum sepenuhnya tercapai karena lemahnya dukungan dari Pemerintah Aceh dan pihak terkait di sektor migas,” ujar Najib.

Kendala terbesar, lanjut Najib, adalah keterbatasan anggaran. “Sebagus apa pun milestone yang dirancang, tidak akan terlaksana tanpa alokasi anggaran yang memadai dari Kementerian ESDM. Orientasinya harus mengarah pada kemandirian dan kontribusi nyata bagi pendapatan negara,” jelasnya.

Najib juga menyoroti lemahnya koordinasi dan komunikasi antara berbagai pihak di Aceh. Menurutnya, soliditas dan lobi bersama menjadi kunci agar usulan anggaran sesuai milestone dapat terealisasi. 

“Jika alokasi anggaran dari pusat tetap minim, melibatkan pihak ketiga bisa menjadi alternatif, tentu dengan persetujuan dan pengawasan dari Kementerian Keuangan,” ujarnya.

Semangat kebersamaan, kata Najib, menjadi elemen penting. “BPMA tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan keterlibatan aktif dari berbagai pihak, termasuk Forbes Aceh di DPR RI, untuk mewujudkan rencana besar yang sudah dirancang,” tambahnya.

Diskusi semakin menarik saat Najib melontarkan gagasan besar untuk gubernur Aceh terpilih, Muzakir Manaf. Ia mengusulkan pembangunan jalur pipa gas dari Lhokseumawe ke Banda Aceh sebagai proyek warisan.

“Jika proyek itu terwujud, akan menjadi legacy bagi kepemimpinan Mualem yang akan terus dikenang oleh masyarakat Aceh,” kata Najib optimistis.

Najib menutup diskusi dengan keyakinan besar terhadap masa depan BPMA. Di bawah kepemimpinan Nasri Djalal, ia percaya sektor migas Aceh akan berkembang pesat dan mampu menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang signifikan.

 “Kolaborasi antara BPMA dan Gubernur Aceh terpilih akan menjadi langkah besar menuju kemajuan migas Aceh,” pungkasnya. [ar]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI