Muhammad Syifaul Haq Bagikan Tips Raih Beasiswa ke Negeri Yaman
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Muhammad Syifaul Haq, mahasantri Universitas Al-Ahgaff, Yaman, alumni Misbahul Ulum Lhokseumawe. Dokumen untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Banyak anak muda bermimpi melanjutkan studi ke luar negeri untuk memperluas ilmu dan pengalaman.
Salah satu tujuan yang kian menarik perhatian para santri Indonesia adalah Yaman, sebuah negeri dengan warisan keilmuan Islam yang mendalam dan sering disebut sebagai Negeri Para Wali.
Di antara para pelajar yang tengah menjalani pendidikan di Yaman, Muhammad Syifaul Haq, seorang mahasantri Universitas Al-Ahgaff, Yaman, berbagi kisah inspiratif tentang perjuangannya meraih beasiswa, serta kehidupannya di salah satu negara yang memiliki tradisi pendidikan Islam tertua di dunia.
Muhammad Syifaul Haq, akrab disapa Syifaul, adalah salah satu pemuda Aceh yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk belajar di Universitas Al-Ahgaff, Yaman.
Universitas Al-Ahgaff dikenal luas sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi Islam terbaik di Timur Tengah yang mencetak ulama-ulama besar dan akademisi terkemuka dalam bidang studi Islam.
Syifaul mengisahkan bagaimana ia berjuang keras untuk meraih beasiswa tersebut, mulai dari tahap seleksi yang ketat hingga tantangan adaptasi di negeri orang.
"Menuntut ilmu di Yaman merupakan impian saya sejak kecil. Saya terinspirasi dari banyak tokoh besar Indonesia yang dulunya belajar di sana, seperti Habib Luthfi bin Yahya dan Habib Umar bin Hafidz, meski awalnya sulit, tetapi niat dan semangat untuk belajar telah membawa saya hingga ke Yaman," ujar Syifaul Haq kepada Dialeksis.com, Minggu, 3 November 2024.
Syifaul menjelaskan bahwa kehidupan sebagai mahasantri di Yaman penuh dengan tantangan sekaligus pelajaran berharga. Salah satu tantangan utamanya adalah bahasa.
Meskipun ia sudah memiliki dasar bahasa Arab dari pesantren di Indonesia, berkomunikasi sehari-hari dengan masyarakat lokal Yaman yang memiliki dialek berbeda menjadi tantangan tersendiri.
Namun, dengan semangat dan dukungan dari teman-teman mahasantri Indonesia lainnya, ia perlahan bisa beradaptasi.
“Kehidupan di sini sederhana. Kami tidak hidup dengan kemewahan. Tetapi justru dari kesederhanaan itulah, kami merasakan makna ilmu dan keberkahan yang sesungguhnya,” tutur Syifaul.
Ia menambahkan bahwa meskipun jauh dari keluarga, para mahasantri di Yaman saling mendukung satu sama lain, dan ini menjadi kekuatan utama dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa rantau.
Ia juga menceritakan rutinitas belajar yang disiplin di Universitas Al-Ahgaff. Para mahasiswa di sana dituntut untuk memperdalam berbagai ilmu agama dengan bimbingan para ulama dan dosen yang memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa.
“Selain belajar formal di kelas, kami juga belajar secara informal melalui halaqah-halaqah ilmu dan menghadiri majelis para ulama. Setiap ilmu yang kami peroleh, insyaAllah bermanfaat bagi masyarakat saat kami kembali ke tanah air,” tambahnya.
Syifaul memberikan beberapa tips bagi calon pelajar yang ingin mendapatkan beasiswa ke Yaman, khususnya di Universitas Al-Ahgaff.
Ia menjelaskan bahwa beasiswa ini terbuka bagi pelajar Indonesia yang memiliki dasar ilmu agama yang kuat, terutama dari latar belakang pendidikan pesantren.
"Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah niat. Niat untuk mencari ilmu karena Allah adalah kunci utama. Setelah itu, persiapkan diri dengan belajar bahasa Arab sejak dini, terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan studi di Timur Tengah," jelas Syifaul.
Selain itu, Syifaul juga memberikan beberapa tips praktis bagi calon penerima beasiswa yaitu Universitas di Yaman, khususnya Al-Ahgaff, sangat menghargai calon mahasiswa yang memiliki dasar ilmu agama yang baik. Ini bisa menjadi nilai tambah saat mendaftar.
Syifaul menyarankan agar calon mahasiswa aktif bertanya kepada alumni atau mahasiswa yang sudah berada di Yaman. Mereka bisa memberikan informasi seputar beasiswa, persiapan keberangkatan, dan gambaran kehidupan di Yaman.
Banyak lembaga di Indonesia yang menawarkan beasiswa studi ke Yaman, baik dari yayasan pendidikan Islam, organisasi keagamaan, maupun bantuan dari pemerintah. Persiapkan dokumen seperti ijazah, surat rekomendasi, dan esai motivasi yang meyakinkan.
Terakhir, ia mengingatkan pentingnya doa dari keluarga dan dukungan dari lingkungan sekitar.
“Perjalanan ini bukan hanya tentang diri kita, tetapi juga membawa harapan keluarga dan masyarakat,” ucapnya.
Syifaul mengajak generasi muda Aceh untuk tidak takut bermimpi dan terus mencari ilmu, meskipun harus menempuh jarak yang jauh.
Menurutnya, dengan berkembangnya teknologi, informasi mengenai peluang studi di luar negeri kini lebih mudah diakses, dan siapa pun yang memiliki tekad kuat dapat meraih impiannya.
"Ilmu adalah bekal yang sangat berharga. Semoga semakin banyak pemuda Indonesia yang ingin menimba ilmu di negeri-negeri para ulama seperti Yaman dan kembali untuk mengabdi kepada tanah air," tutupnya.
- SDM Unggul Jadi Prioritas, Mualem-Dek Fadh Siapkan Beasiswa Ke Kampus Top Nasional dan Internasional
- Permintaan Paspor Melonjak di Kantor Imigrasi Lhokseumawe
- Menag Minta Kirim 200 Guru Bahasa Arab ke Indonesia, Mesir Sanggupi 2.000
- Arab Saudi Kutuk Serangan Udara Israel ke Iran, Peringatkan Bahaya Konflik Meluas