Muncul 2 Calon Ketua di Muskot PMI Kota Banda Aceh, Pengurus Upayakan Aklamasi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Wakil Ketua PMI Provinsi Aceh, HT Ibrahim. [Foto: Dialeksis/anr]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi kemanusiaan, PMI ini bersifat relawan dan disini tidak ada istilah merebut kekuasaan.
Hal itu disampaikan HT Ibrahim selaku Wakil Ketua PMI Provinsi Aceh kepada Dialeksis.com saat pembukaan Musyawarah Kota (Muskot) PMI Kota Banda Aceh, Kamis (7/10/2021) .
"PMI ini pengabdian bukan untuk mencari popularitas. Saya sangat berterima kasih kepada Qamaruzzaman Huqny yang telah 15 tahun pemimpin PMI Kota Banda Aceh, beliau tetap akan berkecimpung di PMI dan kemungkinan akan kami tarik ke PMI Provinsi," jelasnya.
Muskot PMI Banda Aceh. [Foto: Dialeksis]Lanjutnya, ia mendengar kabar bahwa akan ada 2 orang calon Ketua baru, namun ia belum melihatnya dan pihaknya berusaha untuk berdiskusi guna Muskot ini berlangsung secara aklamasi.
"Karena disini tidak ada yang perlu diperebutkan, PMI ini pengorbanan, tidak ada istilah kayak di partai politik. Disini pengorbanan, uang habis tenaga habis semuanya harus kita curahkan. PMI ini benar-benar orang yang ikhlas membantu kemanusiaan," ungkapnya.
Ibrahim juga menjawab isu yang beredar di masyarakat yang mengatakan bahwa Muskot PMI Kota Banda Aceh tidak transparan dan demokratis, Ibrahim membantah hal itu, terbukti dengan pembukaan hari ini tidak ada gejolak apapun, setelah diberikan pemahaman dan diharapkan semua bisa menerima.
"Kadang-kadang ada yang aneh, ada syahwat politiknya disini, dikira orang banyak sekali uang di PMI ternyata tidak, untuk operasional gaji relawan saja kami harus subsidi tidak ada dana di PMI," ungkapnya.
Ia menjelaskan, seluruh pengurus harus mensubsidikan kepada karyawan yang bekerja di kantor. Diharapkan kedepan mudah-mudahan setelah pandemi ini berakhir pemerintah proaktif kembali untuk PMI baik tingkat Provinsi dan kabupaten/kota.
Menurutnya, organisasi PMI ini sangat banyak membantu warga seluruh Aceh bukan Banda Aceh saja, karena setiap pasien yang dirujuk ke RSUZA selalu menanyakan stok darah di PMI.
"Saya juga pendonor rutin 2 bulan sekali karena faktor kemanusiaan, sebelum saya masuk ke PMI tidak pernah donor, karena begitu lihat orang banyak yang susah, hati nurani kita terpanggil," pungkasnya. [anr]