Museum Aceh Mulai Dipadati Pengunjung
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Covid-19 yang masih saja belum selesai atau berakhir. Namun hal ini membuat masyarakat untuk terus waspada terhindar dari paparan virus itu.
Semenjak beberapa bulan terakhir Covid-19 terus menunjukkan tren kasus yang membaik, namun akhir-akhir ini semenjak adanya varian Omicron, tren kasus juga ikut naik.
Walaupun begitu, antusias masyarakat untuk berkunjung ke banyak lokasi wisata juga terus meningkat, salah satunya adalah Museum Aceh.
Berdasarkan pantauan Dialeksis.com, Sabtu (19/2/2022) lokasi wisata history Aceh atau Museum Aceh ini terpantau sepi pada siang hari dari pukul 14.30-15.30, tentu ada pengunjungnya, namun tidak ramai.
Hendri yang tengah menjelaskan tema-tema yang di angkat di Gendung Pameran Tetap, Museum Aceh. [Foto: Dialeksis/ftr]Namun, berkisar sore hari 16.00 WIB, pengunjung yang datang semakin meningkat, rata-rata yang hadir adalah rombongan anak-anak sekolah yang tengah melakukan studi tour.
Salah satu Preparator di Museum Aceh, Hendri Marviza di Gedung Pameran Tetap menjelaskan, di Gedung Pameran tetap setiap 3-5 Tahun sekali temanya akan selalu berganti.
“Setiap koleksi yang akan dipajang itu sebelumnya akan diseleksi terlebih dahulu, atau bisa dikatakan dalam proses seleksi itu nantinya akan di cek barang tersebut apakah ada penyakitnya, nanti akan dibersihkan terlebih dahulu dan sebagainya. Setelah proses itu dilewati baru nanti akan dipajang dan dipamerkan,” jelasnya.
Kemudian, dirinya menemani tim Dialeksis.com untuk berkeliling Gedung Pameran tetap.
Profil tokoh-tokoh Aceh yang dipamerkan di Museum Aceh. [Foto: Dialeksis/ftr]
Gedung Pameran tetap sendiri terdiri dari 4 Lantai, yang dimana setiap lantai mengangkat tema yang berbeda-beda. Dari kekayaan alam flora dan fauna, sejarah Aceh saat masa penjajahan belanda, adat istiadat Aceh, dan direncanakan akan ada tema yang baru yang tengah dipersiapkan yaitu Jalur Rempah.
Hendri menjelaskan dengan sangat seksama seperti apa yang setiap tema yang diangkat di Gedung Pameran Tetap.
Sekitar pukul 15.50 atau menjelang pukul 16.00 WIB, Gedung Pameran Tetap mulai dipadati pengunjung dari anak-anak sekolah untuk berwisata sejarah Aceh disana. Berdasarkan Pantauan Dialeksis.com saat itu, dengan sigap Hendri langsung mengumpulkan para pengunjung sambil menjelaskan tema yang ada di Gedung Pameran Tetap dengan ramah.
Bentuk dalam Rumah Aceh yang ada di Museum Aceh. banyak koleksi yang dipamerkan didalamnya. [Foto: Istimewa]
Setalah itu, Hendri menemani Tim Dialeksis.com untuk bertajuk ke Rumah Aceh atau masyarakat Aceh menyebutnya sebagai Rumah Panggung.
Dirinya menjelaskan, Rumah Aceh yang ada di Museum Aceh dibuat oleh Belanda kala itu untuk pameran yang dilaksanakan di Semarang saat itu.
“Jadi ini bukanlah sebuah Rumah namun adalah untuk dibuat sebagai Ruang Pameran, dan saat itu Aceh mendapat Juara dan berhasil mendapat banyak sekali penghargaan, istilah kalau dalam lomba dapat emas, perak, perunggu, saat itu Aceh mendapat banyak penghargaan. Oleh karena itu, Rumah Aceh ini diminta untuk dibawa pulang ke Aceh dan dibangun disini kembali. Karena rumah Aceh itu tidak ada Paku atau bisa dibongkar pasang, jadi saat itu dibongkar semua di Semarang dan dibawa pulang ke Aceh dan dibangun kembali disini,” jelasnya.
Hendri mengatakan, Rumah Aceh itu sebenarnya sudah ada sebelum Belanda datang ke Aceh. “Jadi Rumah Aceh ini sangat Otentik sekali, sudah ada sebelum Belanda datang. Dan Rumah Aceh ini diambil atau dibuat dengan melihat salah satu rumah Bangsawan Pidie kala itu,” tambahnya.
Awalnya, Rumah Aceh ini tidak langsung berada disini (Saat lokasinya di Museum Aceh_RED), namun berada di Blang Padang dan atas izin Gubernur Belanda saat itu diminta Rumah Aceh ini dibawa pulang ke Aceh.
“Saat itu baru dipindahkan kemari. Saat itu hanya Rumah Aceh saja bangunan yang ada, sisanya baru dibangun sekitar tahun 70-80 an,” jelas Hendri.
Di Akhir perjalanan, Hendri menyampaikan, bahwa saat ini memang tengah adanya tren kenaikan kasus dan ada juga varian baru, dari pihak Museum Aceh sendiri sudah mempersiapkan diri terkait hal itu.
“Jadi untuk Museum Aceh sendiri, sudah mempersiapkan terkait Protokol Kesehatan (Protkes) terhadap pengunjung, dari ketersediaan masker, tempat cuci tangan, dan alat ukur suhu, pengamanan yang ketat oleh pihak Museum Aceh sendiri,” jelasnya.
Lebih lanjut, Hendri mengatakan, Museum Aceh buka dari hari Senin-Kamis dari jam 09.00-16.00 WIB, Jumat libur, Sabtu-Minggu buka kembali dari jam 09.00-16.00 WIB,” pungkasnya.
Diketahui, untuk tiket setiap pengunjung cukup membayar Rp 3.000,- /orang dan sudah bisa berwisata sejarah Aceh di Museum Aceh. [ftr]