Rabu, 16 April 2025
Beranda / Berita / Aceh / Nab Bahany As Ungkap Rahasia Riset Mendalam: Kunci Gemilang Film Kolaborasi Aceh - Turki!

Nab Bahany As Ungkap Rahasia Riset Mendalam: Kunci Gemilang Film Kolaborasi Aceh - Turki!

Selasa, 15 April 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Nab Bahany As, budayawan dan penulis buku sejarah. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Nab Bahany As, budayawan dan penulis buku Laksamana Keumalahayati Singa Betina Selat Malaka, memberikan tanggapan kritis terkait rencana produksi film kolaborasi Indonesia - Turki yang akan mengangkat hubungan sejarah Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman.

Melalu wawancara bersama Dialeksis (Selasa, 15/04/2025), Nab menekankan pentingnya riset mendalam dan kualitas produksi agar film ini tidak kalah dengan serial Turki Abad Kejayaan yang pernah tayang di Indonesia sekitar satu dekade lalu.

Nab mengapresiasi inisiatif Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk memproduksi film sejarah ini, namun ia mengingatkan agar tim produksi tidak mengabaikan akurasi sejarah dan kualitas visual.

"Serial 'Abad Kejayaan' yang menceritakan kejayaan Dinasti Usmaniyah di Turki telah menjadi tolok ukur tinggi. Film Aceh - Turki harus mampu menyajikan narasi yang sama kuat, didukung riset arsip dan visualisasi yang detail," tegasnya.

Ia juga menyarankan agar penggunaan istilah "kekaisaran" dihindari, mengingat dalam konteks Islam lebih tepat menggunakan "kedinastian" atau "kesultanan". Hal ini penting untuk menjaga keotentikan sejarah Aceh sebagai kesultanan Islam yang setara dengan Ottoman.

Nab menyarankan film ini harus menyoroti peristiwa penting seperti "Lada Sicupak", di mana delegasi Aceh pimpinan Panglima Nyak Dum membawa enam kapal berisi lada sebagai persembahan ke Sultan Turki.

"Ini adalah simbol persahabatan dan diplomasi ekonomi yang perlu dihidupkan kembali melalui layar lebar," ujarnya.

Selain itu, kolaborasi militer antara kedua kerajaan juga wajib ditonjolkan, seperti pendirian Akademi Militer Makhad Baital Makdis di Aceh tempat Laksamana Keumalahayati menimba ilmu strategi perang. Akademi ini didirikan atas kerja sama Aceh dan Ottoman, menjadi bukti nyata transfer pengetahuan dan teknologi militer pada abad ke - 16.

Nab mengungkapkan fakta sejarah yang jarang terekspos: Kesultanan Aceh Darussalam pernah berniat menjadi bagian dari kekhalifahan Ottoman. Sayangnya, rencana ini gagal karena melemahnya pengaruh Ottoman di abad ke-17, diikuti banyak kesultanan Islam yang melepaskan diri.

"Ini adalah momen penting yang bisa menjadi konflik dramatis dalam film, sekaligus menggambarkan dinamika geopolitik global saat itu," tambahnya.

Menurut Nab, keberhasilan film ini bergantung pada kedalaman riset. Ia merekomendasikan tim produksi untuk menggali arsip - arsip di Istanbul, seperti surat diplomatik Kesultanan Aceh ke Ottoman, serta situs bersejarah di Aceh seperti Kompleks Makam Teungku di Bitay yang menjadi bukti hubungan kedua bangsa 1011. "Tanpa riset, film ini hanya akan jadi fiksi belaka. Kita punya tanggung jawab untuk menyajikan fakta kepada generasi muda," tegasnya.

Nab menyambut positif dukungan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, yang berkomitmen menyediakan akses ke situs sejarah, manuskrip kuno, dan melibatkan sejarawan lokal.

Ia berharap kolaborasi ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi media edukasi yang membangkitkan kebanggaan akan warisan kejayaan Aceh.

"Film ini harus menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sekaligus memperkuat persaudaraan Indonesia-Turki," tutupnya.


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dora
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar