Pakar Dokter Pria Untuk Penyakit Khusus Wanita, FKDM: Kewajiban Kita Melatih Dokter Perempuan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Ketua Forum Kewaspadaan Dini (FKDM) Aceh, Prof Yusny Saby. [Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam dunia pengobatan, tidak ada istilah mengenal gender bagi penyakit khusus perempuan diobati oleh dokter perempuan atau penyakit khusus laki-laki diobati oleh dokter laki-laki.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Aceh, Prof Yusny Saby.
Ia mengatakan, dalam kejadian lapangan, tak bisa dinafikan bahwa ada dokter perempuan yang ahli di bidang penyakit laki-laki, dan ada juga dokter laki-laki yang ahli penyakit perempuan, karena ini bicara masalah ilmu.
Namun, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia berharap agar untuk penyakit khusus perempuan maka dilatih sebanyak-banyaknya dokter perempuan. Begitu pun sebaliknya, untuk penyakit khusus laki-laki yang dilatih sebanyak-banyaknya adalah dokter laki-laki.
Akan tetapi, tegas dia, tak selamanya dokter perempuan dan laki-laki itu mencukupi untuk mengobati penyakit-penyakit khusus di bidang perempuan dan laki-laki pada suatu daerah.
“Maka di suatu tempat itu adakalanya penyakit laki-laki ada yang pakar di bidang itu dokter perempuan. Ada juga tempat yang sakit perempuan tapi yang jadi pakar adalah dokter laki-laki. Itulah yang kemudian disebut dengan kepentingan mendadak,” ujar Prof Yusny saat dihubungi Dialeksis.com, Sabtu (27/3/2021).
Kepentingan mendadak itu, kata Prof Yusny bukan diprogramkan sejak awal, maksudnya bidang perempuan diobati oleh laki-laki atau bidang laki-laki diobati oleh perempuan.
“Tapi ini murni kejadian lapangan,” tegas Prof Yusny Saby.
Oleh karena itu, Prof Yusny berpesan kepada perguruan tinggi dan pemerintah setempat untuk melatih sebanyak-banyaknya dokter laki-laki dan dokter perempuan agar mencukupi segala kebutuhan pemeriksaan penyakit di bidang-bidang khusus dan tertentu.
“Ini kewajiban bersama untuk melatih sebanyak-banyaknya dokter laki-laki dan dokter perempuan. sehingga kebutuhan dokter perempuan dan dokter laki-laki bisa mencukupi dan ada dimana-mana saat dibutuhkan,” pungkas Prof Yusny.
- USK Banda Aceh Tak Terima Lagi Mahasiswa Laki-laki Spesialis Kandungan, Dekan: Tidak Ada Aturan Seperti itu
- Soal Aceh Termiskin di Sumatera, Pakar: Pemerintah Segera Refleksi
- Kata Pakar Terkait Pilkada Aceh dalam Rapat Dengar Pendapat di DPRA
- Dokter Diancam Dibunuh Gara-gara Komentar di Postingan Pria Abaikan Prokes