Panglima Laot Kutaraja: "Yang Dangkal Itu Muara Krueng Aceh, Bukan Kolam Labuh Pelabuhan"
Font: Ukuran: - +
Muara Sungai Krueng
Aceh
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penasehat Panglima Laot Kutaraja, Sofyan, membenarkan penjelasan Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo Banda Aceh, Nurmahdi yang menjelaskan standar kolam labuh yang ada di PPS Kutaraja Lampulo sudah sesuai dengan kedalaman yang di sesuaikan dengan kontruksi dan bentuk kapal/boat yang selama ini bersandar di pelabuhan bongkar muat ikan tersebut.
"untuk kolam labuh yang ada di pelabuhan bongkar muat (PPS Kutaraja Lampulo) tidak ada masalah. Sudah sesuai dengan kontruksi dan bentuk kapal yang keluar masuk"jelas Sofyan.
Akan tetapi, tambahnya, yang harus menjadi perhatian dinas terkait adalah soal dangkalnya muara krueng (sungai-red) Aceh. Selama ini muara sungai menjadi pintu masuk seluruh kapal yang ingin sandar istirahat setelah aktifitas bongkar muat ikan di komplek pelabuhan.
Sofyan mengungkapkan, akibat dangkalnya muara sungai, hampir saban tahun kapal yang lewat di kawasan tersebut kandas.
"hampir setiap tahun ada saja kapal yang kandas di kawasan tersebut"ungkap Sofyan.
Sofyan menambahkan, pihaknya pernah melakukan pengerukan, dan usaha ini dilakukan secara swadaya bersama nelayan lain.
"kami kumpul uang, terkumpul 21 juta. Hasil patungan itu yang kami gunakan untuk melakukan pengerukan"jelas Sofyan.
Lebih lanjut Sofyan mengatakan, dirinya sadar butuh dana besar untuk mempersiapkan kawasan muara sungai bisa seperti yang diharapkan. Untuk itu, pihaknya siap di ajak komunikasi oleh pihak dinas terkait untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Dirinya bersama nelayan lain, lanjut Sofyan, sudah membuat permohonan agar muara Krueng Aceh dapat dilakukan pengerukan secara komprehensif kepada Dinas Pengairan Aceh.
"hal ini merupakan wewenang Dinas Pengairan. tapi permohonan itu memang belum kami serahkan. Insya Allah tidak lama lagi lah"ujar Sofyan.
Sofyan berharap, pengerukan yang dilakukan dapat dilakukan secara matang dan mempersiapkan segala fasilitas pendukung agar kedalaman ideal yang di harapkan dapat berlangsung secara permanen.
"Kami ingin kedalaman sungai krueng Aceh setelah di keruk dapat berlangsung secara permanen. Jadi jangan kerja "cilet-cilet" (asal asal - red)"tutup pria yang sudah 37 tahun menjadi nakhoda kapal tangkap ini.