Kamis, 22 Mei 2025
Beranda / Berita / Aceh / Pasar Tani Distanbun Aceh: Solusi Stabilkan Harga dan Berdayakan Pelaku UMKM

Pasar Tani Distanbun Aceh: Solusi Stabilkan Harga dan Berdayakan Pelaku UMKM

Rabu, 21 Mei 2025 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Muntaziruddin Sufiady Ridwan

Pasar Tani menyediakan aneka produk hasil pertanian dan olahan, mulai dari sayur-mayur segar, buah-buahan lokal, hingga pupuk dan bibit tanaman. Tak hanya itu, masyarakat juga bisa menemukan makanan dan minuman kekinian, daging segar, bumbu dapur, serta gas LPG 3 kg bersubsidi -- yang bisa dibeli dengan syarat menunjukkan KTP asli. [Foto: Muntaziruddin/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh kembali menggelar Pasar Tani pada Rabu (21/5/2025) di Banda Aceh. Kegiatan ini menghadirkan berbagai produk pertanian langsung dari produsen kepada konsumen, dengan tujuan menekan harga pasar dan mengendalikan inflasi daerah.

“Kita tidak hanya melindungi dan memberdayakan UMKM yang berjualan di sini, tetapi juga mengendalikan inflasi,” ujar Kepala Distanbun Aceh, Cut Huzaimah dalam pernyataan resmi yang dikutip pada Rabu (21/5/2025).

Untuk menjaga harga yang terkadang melambung tinggi sebab panjangnya rantai distribusi, maka konsumen langsung dihadirkan disini. 

“Sehingga pembeli mendapatkan harga lebih murah, sementara penjual mendapatkan keuntungan lebih besar,” tambahnya.

Pantauan dialeksis.com pada Rabu (21/5/2025), menunjukkan pengunjung cukup ramai. Berbagai jenis kendaraan keluar masuk di area parkir. Antusiasme para pedagang dan pembeli pun tidak menurun meski hawa panas cukup terasa. Mayoritas pengunjung berbelanja sayur, sembako, dan juga buah-buahan.

Tampak pula beberapa pengunjung yang duduk-duduk santai sambil menyantap aneka jajanan yang tersedia di Pasar Tani. Bila ingin melepas penat sejenak, para pengunjung dapat memanfaatkan tempat bersantai yang disiapkan oleh panitia penyelenggara berupa dua tenda besar beratap putih. Tempat itu di isi dengan beberapa kursi dan meja.

Pasar Tani menyediakan aneka produk hasil pertanian dan olahan, mulai dari sayur-mayur segar, buah-buahan lokal, hingga pupuk dan bibit tanaman. Tak hanya itu, masyarakat juga bisa menemukan makanan kekinian, daging segar, bumbu dapur, serta gas LPG 3 kg bersubsidi -- yang bisa dibeli dengan syarat menunjukkan KTP asli.

Sebagai informasi, Pasar Tani sendiri adalah program rutin yang dilaksanakan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh sejak 2017. Dalam sebulan, pasar yang sudah berumur 8 tahun ini hanya digelar sebanyak 2 kali saja. “Sebulan itu dua kali, setiap hari Rabu,” kata petugas parkir di pasar Tani.

Program Pasar Tani dinilai memberi manfaat nyata bagi pelaku UMKM lokal, terutama dalam hal promosi dan memperluas jangkauan pasar. Salah satunya diungkapkan oleh Munawar Muhammad Jamil, pemilik usaha minuman My Chin Chow.

“Responnya cukup baik. Banyak pengunjung tertarik, bahkan ada yang melakukan repeat order,” ujarnya saat diwawancarai.

Ia sendiri sudah lima tahun aktif berpartisipasi dalam Pasar Tani, sejak sebelum merintis usaha minuman cincau hijau miliknya itu.

Menurutnya, meskipun jumlah pengunjung tidak seramai beberapa tahun lalu, kegiatan seperti ini tetap penting sebagai ruang pemberdayaan UMKM dan wadah interaksi langsung antara penjual dan pembeli.

Ia menambahkan, biaya partisipasi yang terjangkau -- sekitar Rp40.000 hingga Rp45.000 per kegiatan -- menjadi salah satu alasan usaha kecil bisa terus ikut serta tanpa tekanan finansial. “Itu tidak mahal, merata semua sama,” katanya.

Munawar menilai, Pasar Tani juga mendorong keterlibatan generasi muda dalam usaha pertanian dan olahan lokal. “Banyak juga anak muda yang manfaatkan ini untuk menjual produk olahan atau hidroponik gitu,” imbuhnya.

My Chin Chow, salah satu minuman kekinian yang dijual di Pasar Tani. [Foto: Muntaziruddin/dialeksis.com]

Munawar juga berharap agar program Pasar Tani ini terus dilanjutkan dan lebih dimaksimalkan, baik dari segi promosi dan fasilitasnya. Ia juga menyarankan agar ke depannya pihak penyelenggara dapat melakukan penambahan anggota aktif. Sebab selama ini, banyak anggota yang tidak aktif lagi.

“Kalau tidak salah, dulu, yang daftar di awal-awal itu ada sekitar 80-an UMKM. Tapi sekarang yang aktifnya itu ada sekitar 50-an UMKM, kalau tidak salah,” tuturnya. Dengan begitu, lanjutnya, biaya partisipasi yang sebelumnya berada di kisaran Rp40.000 hingga Rp45.000 per kegiatan tersebut bisa sedikit ditekan.

Terakhir, Munawar berharap agar program ini terus berlanjut dan konsisten, tidak hanya sebagai tempat menjual dan mempromosikan produk, tapi juga memberdayakan UMKM dari berbagai kalangan.

“Bukan hanya ibu-ibu atau pelaku lama, tapi juga generasi muda dan pelaku usaha baru,” tukasnya. [msr]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
hardiknas