Pembangunan Masjid di Lokasi Rumoh Geudong Hilangkan Luka Lama
Font: Ukuran: - +
Kawasan Rumoh Geudong yang hendak dibangunkan masjid, di Pidie, Jumat (23/6/2023)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto menyatakan rencana pembangunan masjid di lokasi bekas sisa bangunan Rumoh Geudong sebagai salah satu upaya untuk menghilangkan luka lama.
“Kita bangun masjid atau tempat ibadah nanti, karena kalau dibangun museum replika di Rumoh Geudong tersebut, maka sama halnya mewarisi dendam kepada generasi baru,” kata Wahyudi Adisiswanto, di Pidie, Minggu, 25 Juni 2023.
Rumoh Geudong merupakan tempat berlakunya pelanggaran HAM berat masa lalu sejak 1989-1998 di Gampong Bili Kemukiman Aron Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie, Aceh, dan telah diakui oleh Pemerintah Indonesia untuk kemudian diselesaikan.
Wahyudi mengatakan, generasi baru setelah 25 tahun silam kejadian pembantaian di lokasi tersebut sangat tidak baik jika masih masih mewariskan dendam kepada mereka. Hal tersebut disampaikan Wahyudi atas pertimbangan pihak korban ketika melihat suasana Rumoh Geudong tersebut mendatangkan tangis karena mengingat penyiksaan hingga ada yang meninggal dunia.
“Rumoh Geudong ini bukan situs sejarah, tetapi persoalan perang, jadi disini antara aparat dengan GAM semua merasa paling benar saat kejadian puluhan tahun silam itu,” ujarnya.
Menurut dia, salah jika membiarkan kenangan luka, kalau dikehendaki untuk dibangun replika museum di lokasi bekas penyiksaan tentu tidak akan berhenti dendam untuk generasi setelahnya, sama hal dengan mewariskan dendam.
“Sedangkan kita menginginkan kejadian ini tidak terulang lagi, tetapi jika masih dikenang bisa memunculkan dendam,” katanya.
Saat ini, di Aceh muncul berbagai pendapat terkait Rumoh Geudong tersebut, di mana banyak warga yang ingin meninggalkan dan melupakan peristiwa tersebut, karena itu harus dihapus sisa bangunan tersebut.
Di sana, sejauh ini yang tersisa hanya tangga yang digunakan hanya untuk memperlihatkan saat kedatangan Presiden dan setelah itu dibersihkan. Artinya, disisakan untuk diberikan tanda saja agar Presiden melihat dimana letak tangga pintu masuk ke Rumoh Geudong tersebut.
“Setelah acara (kedatangan Presiden) dibersihkan, menghindari barangkali ada orang ketika melihat tangga tersebut sama dengan mengingatkan disiksa dulu akan menjadi trauma,” jelas Wahyudi.