Pemerintah Aceh Konsisten Tingkatkan Fasilitas RSUD
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Simeulue - Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menegaskan pemerintah Aceh terus konsisten meningkatkan fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) serta pemenuhan akses layanan kesehatan yang cepat, mudah, dan berkualitas di seluruh Aceh.
"Pembangunan sektor kesehatan merupakan program prioritas kita. Untuk itu, Pemerintah Aceh mengalokasikan 10 persen dari APBA untuk bidang ini," tegas Nova Iriansyah ketika peresmian Revitalisasi Rawat Inap dan Rumah Singgah RSUD Simeulue, di Sinabang, Minggu (6/1).
Menurut Nova, karena jarak Pulau Simeulue dengan daratan Aceh cukup jauh, sangat tidak mungkin bagi masyarakat di pulau itu akan mendapatkan layanan cepat dari rumah sakit lain. Karena itu, pengembangan rumah sakit di Simeulue tidak bisa ditunda.
Untuk itu, Nova meminta pada Kepala Dinas Kesehatan Aceh, agar rumah sakit di kepulauan seperti di Simeulue harus mendapat perhatian dan perlakukan lebih, daripada yang dekat dengan ibukota provinsi.
"Saya masih ingat, saat berkunjung ke Rumah Sakit ini pada 27 Maret lalu, melihat kondisi beberapa ruangan kurang begitu memadai. Ruang inap pasien juga sangat terbatas. Begitu juga dengan rumah singgah yang belum memenuhi standar minimal. Karena itulah saat itu saya katakan, langkah revitalisasi perlu segera dijalankan," kata Nova.
Ke depan, Plt Gubernur berharap, pelayanan terhadap pasien yang harus lebih ditingkatkan, seiring dengan selesainya revitalisasi fisik Ruang Rawat Inap dan Rumah Singgah pada rumah sakit ini.
"Mari kita manfaatkan semua fasilitas yang ada di rumah sakit ini untuk mewujudkan Aceh Hebat di bidang pelayanan publik."
Kepada Plt Gubernur, Kadis Kesehatan Aceh, Hanif, melaporkan, rumah sakit yang dibangun pasca tsunami Aceh itu kini telah memiliki 116 tempat tidur. Rumah Sakit Umum Simulue juga memiliki sejumlah dokter spesialis yaitu; 3 orang spesialis dalam, 2 spesialis kebidanan, dan 2 orang spesialis anak, 1 bedah, 1 saraf, 1 paru. Beberapa lainnya sifatnya kerja sama atau kunjungan, seperti paru, THT, mata dan jiwa.
"Rumah sakit ini juga satu di antara 13 Rumah Sakit Daerah di Aceh yang memiliki ruang rawat untuk pasien gangguan jiwa," kata Hanif.
Sedangkan Bupati Simeulue, Erli Hasyim, menggambarkan, Simeulue merupakan pulau yang terletak paling luar dan jauh dari ibukota Provinsi. Karena itu dia mengharapkan pemerintah Aceh menempatkan lebih beragam dokter spesialis di rumah sakit di Simeulu.
"Selama ini jika ada pasien kritis dan tidak mampu ditangani di sini, untuk dirujuk ke Banda Aceh minimal butuh waktu 24 jam, dengan transportasi laut ke Labuhan Haji, lalu jalan darat ke Banda Aceh," ucap Bupati.
Sebelumnya, Simeulue sempat dilayani ambulance udara, tapi belakangan sudah tidak melayani setelah pesawat MAF yang selama ini dikontrak tidak punya izin lagi untuk terbang di wilayah Indonesia.
Menanggapi Bupati soal kebutuhan dokter spesialis, Plt Gubernur meminta agar bupati melakukan identifikasi terhadap putra-putri daerah, baik yang sudah menyelesaikan pendidikan spesialis maupun yang sedang sekolah.
"Nanti Pemerintah Aceh yang membiayai, bila sedang menempuh pendidikan diberikan beasiswa, dengan catatan setelah selesai diwajibkan mengabdi di daerahnya," pungkas Plt Gubernur, Nova Iriansyah. (h)