Pemerintah Aceh Pacu Pemulihan Ekonomi Melalui Investasi Berkelanjutan
Font: Ukuran: - +
Pacu Pemulihan Ekonomi Aceh Pasca Covid-19 melalui Investasi Berkelanjutan. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pembangunan ekonomi Aceh melalui kegiatan penanaman modal adalah sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan penanaman modal tidak hanya bagaimana mendatangkan penanam modal untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tapi juga bagaimana mendukung terciptanya alih teknologi atau “technology transfer” dan meningkatnya ilmu pengetahuan masyarakat untuk memperkuat struktur ekonomi di daerah, sebut Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Berdasarkan rilis yang diterima Dialeksis.com, Selasa (2/3/2022), Gubernur Aceh, Nova Iriansyah membuka secara resmi Investment Planning Forum (IPF) 2021, yang digelar oleh Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh bertema “Memacu Investasi Berkelanjutan menuju Pemulihan Ekonomi Aceh Pasca Covid-19”, di Ballroom Hermes Palace Hotel, Rabu (2/3/2022).
“Terjadinya pandemi Covid-19 akhir tahun 2019 tanpa dipungkiri telah menciptakan dampak negatif terhadap kemajuan perekonomian dunia, termasuk juga pada perekonomian nasional dan daerah. Namun, kita meyakini pandemi ini akan segera berakhir dan pemulihan ekonomi Aceh menjadi prioritas melalui berbagai program pembangunan ekonomi yang berbasis pro growth, pro poor, pro job dan pro investment, “ ujar Nova.
Berbagai langkah strategis terus dilakukan untuk menarik penanam modal, baik PMDN, maupun PMA ke Aceh melalui berbagai daya tarik investasi bersifat clean and clear and ready to offer, termasuk juga kemudahan berusaha lainnya ease of doing business, sehingga Aceh tidak hanya maju dan berkembang secara ekonomi, namun juga tampil sebagai destinasi investasi impian bagi penanam modal melalui semangat “Green Investment”.
Memacu investasi berkelanjutan menuju pemulihan ekonomi Aceh Pasca Covid-19 telah menjadi isu penting yang mengedepankan “Green Investment” atau “konsep investasi hijau” melalui prinsip-prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
“Konsep investasi hijau ini menekankan pentingnya proteksi lingkungan dengan memelihara habitat, merehabilitasi hutan dan melindungi keanekaragaman hayati. Aceh memerlukan penanaman modal yang ramah lingkungan untuk mencegah perubahan iklim dan eksploitasi alam yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi masa depan. Hal ini sesuai dengan semangat “Aceh Green”, salah satu program Aceh Hebat, “ ungkap Nova.
Investasi dapat menyediakan kesempatan bekerja, meningkatkan nilai tambah komoditi/jasa unggulan dan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan keyakinan tersebut, Pemerintah Aceh menempatkan realisasi investasi dan Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam investasi sebagai indikator kinerja daerah.
“Di tengah sikap pesimis sebagian masyarakat tentang kurangnya minat investor berinvestasi di Aceh, ternyata kondisi investasi Aceh di lapangan relatif baik. Kinerja investasi Aceh selama beberapa tahun terakhir mengalami perbaikan yang cukup baik. Realisasi investasi Aceh selama tahun 2021 mencapai Rp. 10.8 T. Capaian tersebut melebihi 163,90% dari target yang ditetapkan dalam RPJM Aceh 2017-2022 tahun 2021 yaitu sebesar Rp. 6.65 T. Sementara, secara nasional pencapaian target realisasi investasi Aceh mencapai 201,84% dari target yang diberikan oleh BKPM sebesar Rp. 5.4 T, “ tambah Nova.
Nova lebih lanjut menyampaikan, pencapaian ini menjadi indikator penting bahwa iklim investasi di Aceh semakin membaik. Namun, realisasi investasi Aceh dalam bentuk angka-angka ini tidaklah membuat kita cepat puas. Sebaliknya, angka-angka tersebut menjadi tantangan untuk terus memperbaiki kinerja dan pelayanan investasi kita, sekaligus memperbaiki berbagai persoalan kemiskinan dan pengangguran Aceh serta persoalan pertumbuhan ekonomi Aceh lainnya. Dengan demikian, konsep investasi yang mengedepankan aspek environment, social, and governance (ESG) menjadi keharusan melalui pelibatan semua pihak.
Marthunis selaku Kepala DPMPTSP Aceh dalam laporannya menyatakan, kehadiran pemangku kebijakan lintas sektor dalam pertemuan ini menunjukkan bahwa kegiatan penanaman modal membutuhkan kerja bersama lintas instansi, karena penanaman modal tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja.
“Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan berbagai kebijakan, program/kegiatan dan intervensi dalam mencapai target investasi tahun 2022 sebesar Rp 7,3 triliun dengan melibatkan satuan kerja perangkat Aceh/kab./kota terkait seluruh Aceh dan stakeholder terkait lainnya, sekaligus menjaring usulan program/kegiatan penanaman modal kab./kota dan menghasilkan kegiatan prioritas untuk pemenuhan target realisasi penanaman modal tahun 2023-2026,” ujar Marthunis.
Rahmadhani, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Investasi (P2IPM), DPMPTSP Aceh menambahkan bahwa kegiatan ini akan dilakukan dalam dua sesi, yaitu pagi dan sore hari.
“Acara Investment Planning Forum (IPF) 2022 berlangsung selama satu hari, diawali dengan acara pembukaan oleh Bapak Gubernur Aceh dan seminar yang akan diisi oleh para narasumber, serta pembahasan usulan program/kegiatan strategis penanaman modal kab./kota untuk pemenuhan target realisasi penanaman modal tahun 2023-2026, dan ditindaklanjuti pada forum Musrenbang Aceh 2022 dengan menghadirkan tim pembahas dari Bappeda Aceh, “ sebut Rahmadhani.
Untuk menggaet investasi tersebut, hadir sejumlah pembicara, seperti Setyo Budiantoro, Manager Pilar Pembangunan Ekonomi - Sekretariat Nasional SDGs “ BAPPENAS, Syafriadi, SE, M.Ec, Ph.D, Direktur Sistem Manajemen Investasi (SMI), Ditjen Perbendaharaan - KEMENKEU RI dan Ir. M. Yakob Ishadamy, M.Si., Direktur Konservasi YEL. []