Pemkab Aceh Tamiang Jadikan Bukit Awan Bengkelang Pusat Tanaman Buah
Font: Ukuran: - +
Reporter : M. Hendra Vramenia
Lokasi Bukit Awan Bengkelang. [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Pemkab Aceh Tamiang melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) setempat akan menjadikan Bukit Awan (dataran tinggi) di Kampung Bengkelang, Kecamatan Bandar Pusaka sebagai pusat tanaman buah-buahan.
Lokasi ini sengaja dipilih karena dianggap memiliki iklim dan lahan yang memadai untuk menembangkan komuditas durian, alpukat, kopi hingga bunga krisan.
Kepala Distanbunak Aceh Tamiang, Yunus, SP kepada Wartawan, Rabu (08/1/2020) mengatakan lahan yang terhampar di areal ini terbagi dalam beberapa ketinggian, misalnya mulai dari 198 meter dari permuakan laut hingga 700 mdpl.
Pihaknya akan menyesuaikan jenis tanaman di masing-masing ketinggian, misalnya lahan di ketinggian 198 mdpl untuk alpukat, jahe di ketinggian 450 mdpl, bunga krisan hingga kopi di areal tertinggi.
"Total luas area yang akan kita gunakan 1.050 hektare. Kalau sekarang ini sebagian sudah ada ditanami durian, pinang dan pohon sengon," jelas Yunus.
Bagi Aceh Tamiang yang merupakan kawasan pesisir, Kampung Bengkelang merupakan dataran yang tergolong paling tinggi. Sebagian masyarakat bahkan menamai kawasan ini sebagai negeri di atas awan.
Yunus optimis program pemusatan tanaman buah-buahan negeri di atas awan ini akan berdampak positif bagi kemajuan masyarakat. Dia pun mengklaim masyarakat setempat cukup antusias dengan program ini dengan dibuktikan langsung terbentuknya empat kelompok tani. "Jadi nanti yang mengelola lahan ini masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani. Sampai hari ini, sudah ada kelompok tani yang terbentuk," lanjutnya.
Miliki Pangsa Pasar
Yunus menambahkan produk buah-buahan yang akan ditanam di Bengkelang sudah memiliki pangsa pasar. Karena seorang pengusaha di Medan yang memiliki jaringan swalayan sudah menyatakan komitmennya untuk menampung produk di dataran yang disebut sebagai negeri di atas awan itu.
"Kalau pasar kita sudah tidak bingung. Karena memang sudah ada kesepakatan untuk dibawa ke Medan, dijual di swalayan," kata Yunus.
Bahkan kondisi hari ini, Yunus mengaku dipusingkan dengan kebutuhan jeruk bali dalam jumlah besar. Kebutuhan jeruk ini berkaitan dengan Imlek yang menjadi tradisi etnis Tionghoa. "Karena kita selama ini kan berpikir hanya untuk memenuhi kebutuhan warga kita saja. Nah ternyata hari ini Medan sudah minta," jelasnya. (mhv)