Pendidikan Tidak Lepas Peran Masyarakat: Etika dan Moral
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Ketua Dewan Kehormatan PGRI Aceh, Drs Ramli Rasyid, M.Si, M.Pd. [Foto: Dialeksis/ftr]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pendidikan tentu tidak lepas dari pengaruh Guru, Orang tua dan masyarakat sekitar. Majunya pendidikan tentu tidak lepas dari etika dan moral.
Ketua Dewan Kehormatan PGRI Aceh, Drs Ramli Rasyid, M.Si, M.Pd mengatakan, Pendidikan dapat merubah pola semua orang menjadi lebih baik dalam Ekonomi, Politik dan Seni Budaya.
Dirinya mengatakan, Pendidikan menjurus kepada hakikat filsafat pendidikan dan menjurus pada pilar pendidikan.
Pilar pertama adalah siswa itu sendiri.
Kedua adalah bagaimana dorongan orang tua. Pendidikan dasar adalah di rumah tangga, dorongan orang tua salah satu kunci sukses pendidikan dan yang ketiga, bagaimana peran guru dalam mendidik.
"Sebagai pendidik tugasnya adalah merubah perilaku peserta didik baik dari moral, etika, akhlak, setelah itu mengajarkan pengajaran kepda siswa. Bagaimana dia merubah pola anak yang tidak baik menjadi baik. Bukan hanya mengajar dan mengambil gaji perbulannya," sebutnya kepada Dialeksis.com, Kamis (2/6/2022).
Lanjutnya, konsep pertama hanyalah bagaimana mengubah pola pikir anak itu tidak hanya ilmu pengetahuan tapi dari segi moral, etika dan akhlak.
"Dan yang keempat yaitu kepala sekolah itu sendiri, bagaimana managemen terhadap guru dan siswa. Apakah kepala sekolah di pagi hari melihat dan mengatur sekolah. Bagaimana kepala sekolah membangun komunikasi dengan semua guru, siswa dan masyarakat. Apakah kepala sekolah bertindak sebagai pimpinan atau pemimpin. Ini adalah konsep dasar untuk menciptakan konsep pendidikan yang bermutu yang beretika yang mendidik manusia menjadi manusia," ujarnya.
Selanjutnya, dia menjelaskan, bagaimana peran pengawas sekolah. Kapan dia harus datang sekolah dan bagaimana dia pergi sekolah. Selanjutnya adalah peran pemerintah seperti Dinas Pendidikan, Gubernur, Presiden, DPR yang merumuskan dan menjalankan roda pemerintah.
"Kita harus merujuk kepada tiga pilar utama pendidikan yaitu keluarga, Pemerintah dan Masyarakat. Semisal contoh kecil disaat siswa selesai ujian baik SMP maupun SMA. Itu mereka membuat onar dan keributan di jalan (Corat-voret baju), Itu siapa yang salah? Bukan guru dan sekolah yang salah, tapi masyarakat dan pemerintah," sebutnya.
Dalam hal ini, kata Ramli, peran masyarakat sangatlah penting, jika mendapati hal tersebut masyarakat tetap harus melaporkannya dan melarang kegiatan siswa tersebut.
"Setelah ujian mereka coret baju itu siapa yang disalahkan, tetap masyarakat. Masyarakat sama-sama harus menopang dan memantau pendidikan anak-anak kita. Itulah hubungan kausalitas," ujarnya.
Setelah itu, kata Ramli, selanjutnya bagaimana pengelolaan sekolah itu apakah sesuai proses belajar mengajar. Bagaimana hubungan guru dan kepala sekolah dengan komponen yang ada disekolah seperti orang kantin, siswa.
"Dengan pemerintah juga apakah dana cukup dana di sekolah jangan sampai ribut sesama komite sekolah. Kemudian ada sarana dan prasarana. jika hal tersebut sudah terpenuhi, maka sistem ajar mengajar akan berjalan dengan seharusnya," sebutnya.
Kemudian, yang terakhir., kata Ramli, Punismen/hukuman terhadap anak yang melanggar. Ini persoalan yang ada saat ini karena guru takut pada anak. Takut pada HAM (Hak Asasi Manusia). Tapi tetap pada Hak Asasi Anak dan Perlindungan Anak dari macam maslahat yang akan datang.
Dalam hal ini juga, kata Ramli, Ilmu Agama dan Seni tiga komponen tidak bisa dipisahkan. Tergantung siapa yang memegang manajeman itu.
"Hidup tidak terlepas dari estetika. Kalau kita takut dan tidak melaksanakan itu menjadi tabu. Tiga komponen yaitu seni, agama dan ilmu itu tak bisa dilepaskan," pungkasnya. [ftr]