Pengabdian Masyarakat oleh Dosen USK Dalam Pengembangan Minyak Nilam di Gampong Bada
Font: Ukuran: - +
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan pada Mei Agustus 2021 oleh tim pengabdian masyarakat. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Nilam merupakan tanaman unggulan tradisional Aceh. Tradisi “meunilam” (menanam nilam) sudah dikenal oleh masyarakat Aceh sejak zaman Belanda.
Jika dilihat sejarahnya, kata NILAM itu sendiri adalah singkatan dari Nederlands Indische Landbouw Atjeh Maatschappij, yaitu suatu perusahaan Belanda yang menangani tataniaga nilam di masa kolonial Belanda.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan pada Mei Agustus 2021 oleh tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Dr. Ir. Indra, MP (Dosen FP USK) sebagai ketua tim dan Surayya Kamaruzzan, ST., MT (Dosen FT USK) dan Halimursyadah, SP., M.Si (Dosen FP USK) sebagai anggota.
Selain sebagai dosen USK, Tim pengabdian masyarakat ini juga sebagai tenaga peneliti pada ARC PUI-PT Nilam USK.
Dari rilis yang diperoleh Dialeksis.com, Rabu (8/9/2021), saat itu nilam Aceh diekspor ke luar negeri (Singapure dan Malaysia) dalam bentuk batang nilam yang sudah dikeringkan dan diikat dalam bentuk ball.
Dari beberapa referensi disebutkan bahwa minyak nilam Aceh memiliki kualitas terbaik dunia. Para eksportir minyak nilam Indonesia menjadikan minyak nilam Aceh sebagai blender (bahan pencampur) minyak nilam dari daerah lain, untuk mendapatkan kualitas minyak nilam sesuai dengan permintaan pasar internasional.
Ditengah hebatnya minyak nilam Aceh yang mendunia serta suburnya lahan pertanian Aceh, namun tidak tercermin dari kondisi sosial ekonomi para petani nilam Aceh yang sebagian besarnya tergolong miskin.
Masalahnya adalah pertama: harga minyak nilam Aceh yang tidak stabil, berfluktasi tinggi. Pada saat harga tinggi (1-jutaan per kg) maka para petani ramai-ramai menanam nilam (walaupun mereka harus mengkonversi tanaman lain ke nilam).
Lalu kemudian ketika panen harga minyak nilam anjlok menjadi 250-300 ribu per kg. Kondisi ini membuat petani nilam sangat dirugikan dan dampaknya mereka menjadi semakin miskin. Penyebabnya adalah tataniaga minyak nilam Aceh sejak puluhan tahun dikuasai oleh pedagang besar Medan.
Kedua, adalah produktivitas kebun nilam juga masih relatif rendah yaitu untuk 1 hektar kebun nilam hanya dapat menghasilkan minyak antara 100-150 kg saja.
Hal ini disebabkan karena sistem budidaya nilam oleh para petani di Aceh masih menggunakan cara-cara tradisional dimana pengetahuan mereka tentang cara “meunilam” diperoleh secara turun temurun.
Pengabdian masyarakat yang berjudul introduksi inovasi budidaya nilam dan produk turunannya mencoba sedikit berkontribusi untuk memecahkan 2 persolanan di atas.
Inti dari kegiatan pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat Gampong Bada Kemukiman Lamteungoh Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar tentang budidaya nilam dan pembuatan produk turunannya.
Kegiatan pertama, memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada masyarakat (petani) tentang cara-cara bagaimana “meunilam” yang baik sesuai Best Management Practise (BMP) budaya nilam.
Materi pelatihan ini diperkaya dengan pengalaman lapangan tim pengabdian masyarakat dari beberapa kegiatan pembinaan petani sebelumnya yang dilakukan oleh ARC PUI-PT Nilam USK.
Beberapa inovasi tentang budidaya nilam diperkenalkan kepada masyarakat, dimulai dari inovasi pemilihan dan pengadaan bibit nilam, takaran dan komposisi pemberikan pupuk baik pupuk kimia maupun pupuk organik, pemberian pestisida organik, pengolahan lahan dan seterusnya hingga panen dan pasca panen.
Tidak hanya diberikan pengetahuan, namun tim pengabdian bersama petani juga membuat lahan percontohan (demplot) penanaman nilam di lahan milik gampong. Kegiatan ini diharapkan dapat memecahkan masalah kedua diatas.
Kegiatan kedua adalah mengajarkan masyarakat tentang cara membuat produk turunan berbahan baku nilam, yaitu membuat parfum dan sabun cuci piring.
Dengan Tujuannya, selain untuk sumber penghasilan baru bagi masyarakat juga untuk membuka peluang pasar baru dari minyak nilam Aceh.
Tim pengabdian masyarakat mengharapkan kegiatan ini memberikan manfaat langsung bagi masyarakat setempat baik dalam hal budidaya nilam maupun dalam pembuatan produk turunan.
Selain itu, juga diharapkan menjadi sedikit solusi dalam menyelesaikan masalah nilam di Aceh. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat di Gampong Bada Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar telah memiliki pengatahuan dan ketrampilan dalam budidaya tanaman nilam dan membuat produk turunan.
Selama proses pengabdian masyarakat terlihat masyarakat sangat antusias menginguti setiap tahapan kegiatan dengan tekun dan seksama, terutama pada saat membuat parfum dari minyak nilam.
Untuk keberlanjutan pembuatan parfum, maka pada kesempatan tersebut tim pengabdian masyarakat telah menghibahkan 1 set peralatan dan bahan-bahan untuk pembuatan Parfum. Saat ini masyarakat Gampong Bada telah mulai memproduksi parfum sendiri untuk tujuan bisnis yang bekolaborasi dengan BUMG setempat.
Geuchik Gampong Bada mengucapkan terima kasih banyak kepada tim pengabdian masyarakat yang telah memilih Gampong mereka untuk kegiatan ini dan beliau juga sangat mengharapkan kepada warganya supaya kegiatan meunilam dan membuat produk turunan (terutama membuat parfum) dapat berlanjut dan menjadi bisnis baru di Gampong Bada. (*)