Pengamat: Prematur Menyebut Kelompok Eks GAM Berafiliasi ISIS
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pengamat politik dan keamanan Aceh Aryos Nivada menilai tidak pantas bila ada pihak yang mengkategorikan kalangan eks GAM dan turunanya sebagai kelompok jihadis.
Namun mereka lebih kepada etnonasionalis. Karena dasar gerakanya berbeda antara jihadis dengan gerakan GAM dan turunannya.
Demikian dikatakan Dosen FISIP Unsyiah dan Peneliti Jaringan Survei Inisiatif ini, dalam rilisnya, Senin (23/9/2019).
Ia menjelaskan, tidak ada dalam sejarah gerakan bersenjata GAM menggunakan dalil-dalil seperti seruan agama yang kuat, serta masuk dalam perjuangan global ISIS.
"Kalau kita mempelajari ideologisasi Hasan Tiro tidak seperti itu. Bisa didalami lebih lanjut dari pemikiran-pemikiran Hasantiroisme, mulai dari pendahulunya sampai tokoh-tokoh pergerakannya sampai hari ini," sebut Aryos.
Dosen Unsyiah ini menilai, Hasan Tiro fokus untuk kemerdekaan Aceh, akibat ketertindasan dan ketidakadilan pusat terhadap daerah. Sementara jihadis selalu lahir dari ideologisasi agama. Itu batasan perbedaan keduanya sangat kentara.
Terlalu dini dan prematur serta tidak berbasiskan fakta-fakta kuat, bahwa mereka kelompok-kelompok mengaku dari eks GAM, dimasukkan ke dalam kategori Jihadis yang memiliki afiliasi ke ISIS.
Persepsi ini cenderung mengkaburkan fakta realitas atau secara sengaja mengkambinghitamkan GAM dengan pembentukan opini publik tersendiri, jelas Aryos.
Gerakan GAM sangat menghindari pola pola jihadis. Karena hal itu bertentangan dengan misi kampanye GAM, dalam penggalangan dukungan internasional yang dilakukan.
"Kalaulah saat ini ada pihak pihak yang menginisiasi gerakan dengan mengidentikkan diri seperti GAM, maka ini perlu lebih cermat bagi kita semua menyerap informasi, sehingga tidak mudah masuk perangkap 'gendang musik' pihak pihak tertentu. Jangan sampai mencoba bersembunyi di balik 'baju' GAM," sebut pengamat politik dan keamanan Aceh ini.
Aryos menilai, bekas ataupun mengatasnamakan gerakan GAM aktif, sampai saat ini masih menjadikan diplomasi sebagai salah satu alternatif yang dapat didiskusikan. Sementara aliran jihadis tidak mengenal diskusi dan susah diajak kompromi.
Untuk itu, Aryos berpendapat dalam penangananya juga berbeda antara jihadis/ISIS dan gerakan GAM. Karena dasar gerakan mereka berbeda, penangannya juga berbeda.
"Hemat saya, dalam penangananya juga akan sangatlah berbeda sekali antara yang terideologisasi jihadis dengan terpolarisasi pemikiran Hasan Tiro," sebut Aryos.(red)