Penyebaran Aliran Sesat di Aceh Barat Dinilai Terorganisir dan Terselubung
Font: Ukuran: - +
Reporter : akhyar
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Aceh, Dr Syafrilsyah Syarief. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Aceh, Dr Syafrilsyah Syarief menyebut kegiatan pendangkalan akidah dengan cara penyebaran buku bernuansa aliran sesat di Aceh Barat sebagai kegiatan terorganisir dan terselubung dengan maksud atau capaian tertentu.
Ia mengatakan, indikasi pergerakan yang dilakukan secara masif pastinya membutuhkan banyak dana untuk percetakan buku dan pembayaran jasa bagi penyebar aliran sesat di sana.
"Mereka (oknum) menyebar buku aliran sesat di Aceh yang terkenal kental dengan syariat Islam, tentunya ada resiko besar yang mereka hadapi. Untuk menggerakkan orang, pastinya ada ongkos lelah dan kompensasi resiko dari dalang dibalik ini," ujar Dr Syafrilsyah kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (19/9/2021).
Dr Syafrilsyah melanjutkan, akan menjadi sebuah kemenangan besar bagi oknum itu bisa menggiring masyarakat Aceh keluar atau murtad dari agamanya.
Aceh sebagai wilayah yang berjaya dengan syariat Islam, kata dia, ingin digoyangkan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab secara bertahap dari dalam.
"Aceh adalah satu-satunya provinsi Indonesia yang secara legal berhak untuk menjalankan syariat Islam. Kita tidak bisa menyangkal bahwa terdapat juga orang yang tidak senang dengan Nanggroe Syariat. Oknum ini berusaha keras menjadikan Aceh tidak bisa sukses dengan agenda syariatnya. Salah satunya dengan cara seperti ini," jelas Dr Syafrilsyah.
Perangi Doktrin Teologi Sesat
Ketua DPW IKADI Aceh itu juga mengimbau agar Pemerintah Aceh menindak pelaku penyebaran ajaran sesat melalui buku-buku di Aceh Barat.
Ia khawatir, apabila kegiatan bertema pendangkalan akidah ini terus dibiarkan, maka lama-kelamaan Aceh akan mampu disusupi dan digoyangkan dari dalam oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab itu.
"Biasanya, kegiatan terselubung ini dilakukan secara bertahap. Awalnya dari buku-buku, setelah itu masyarakat akan dipanggil untuk mengikuti pertemuan dan diajak masuk ke dalam kelompoknya. Bukan tidak mungkin, hal seperti ini bisa saja terjadi," ungkap Dr Syafrilsyah.
Sementara bagi rakyat Aceh, Dr Syafrilsyah mengimbau agar masyarakat tetap waspada pada aliran sesat serta memperkuat keimanan dengan mendalami ilmu agama.
"Masyarakat harus sadar bahwa akidah itu tidak cukup dengan apa adanya. Harus selalu kita jaga, kita semai, dan juga ikut pembelajaran lebih lanjut. Agar karakter kita sebagai umat beragama bisa tetap kuat dan tidak tergoyahkan oleh apapun," pungkas Ketua DPW IKADI Aceh Dr Syafrilsyah. [akh]