Perekonomian Aceh Terus Digerakkan di Sektor Pertanian
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Rony Widijarto P mengatakan, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tetap menjadi tulang punggung utama perekonomian Aceh, dengan pangsa mencapai 28,05%.
Disusul oleh sektor perdagangan dan reparasi kendaraan dengan 15,53%, serta sektor konstruksi yang berkontribusi sebesar 9,20%.
Dalam Laporan Perekonomian Provinsi Aceh Agustus 2023 yang baru-baru ini dirilis, Rony Widijarto P menjelaskan ketiga sektor ini terus memberikan dukungan yang signifikan terhadap struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Aceh.
Dalam total kontribusi mereka, ketiga sektor ini berhasil mencapai angka sebesar 52,78%, yang menggambarkan peran vital mereka dalam menjaga stabilitas ekonomi Aceh.
Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yang merupakan penopang utama, telah terus berkembang dengan baik, membantu meningkatkan ketahanan pangan dan menyediakan lapangan kerja bagi penduduk setempat.
Seiring dengan itu, sektor perdagangan dan reparasi kendaraan juga memainkan peran penting dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dengan menghubungkan Aceh dengan pasar regional dan nasional.
Roby merincikan, kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan II 2023 tumbuh 4,92% (yoy), atau terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,30% (yoy).
Kinerja yang mengalami akselerasi tersebut juga sejalan dengan peningkatan produksi padi pada triwulan II 2023 akibat panen raya yang terjadi di periode Maret – Mei 2023. Pada triwulan II 2023, produksi padi tercatat sebesar 555,43 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2023 sebesar 362,35 ribu ton.
Meningkatnya produksi padi juga tak lepas dari peningkatan penyaluran pembiayaan ke sektor pertanian. Pada triwulan II 2023 pembiayaan ke sektor pertanian mencapai Rp3,79 triliun atau tumbuh sebesar 34,44% (yoy).
“Selanjutnya pada sektor perkebunan, hasil liaison kepada pelaku usaha yang bergerak pada sektor tersebut menyatakan mengalami kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga didorong oleh peningkatan pengiriman produk dibandingkan tahun sebelumnya akibat tingginya permintaan. Tidak ada investasi tambahan yang dilakukan perusahaan selama periode 2023,” kata Rony Widijarto P dalam keterangan tertulis yang diterima DIALEKSIS.COM, Minggu (24/9/2023).
Di sisi lain, lapangan usaha perdagangan juga tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Pertumbuhan sektor ini agak melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,72% (yoy). Perlambatan diindikasikan tidak terlepas dari memburuknya kinerja penjualan mobil dan motor.
Penjualan kendaraan roda 4 mengalami kontraksi tahunan sebesar 26,33% (yoy) dengan total penjualan kendaraan mobil di Provinsi Aceh selama triwulan II 2023 sebanyak 1.961 unit kendaraan, sejalan dengan penjualan motor yang juga mengalami kontraksi sebesar 3,64% (yoy) atau sebanyak 22.920 unit kendaraan.
Penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan II 2023, posisi pembiayaan mencapai Rp6,66 triliun atau terkontraksi sebesar 0,37% (yoy).
Sementara itu di sisi lapangan usaha konstruksi juga tumbuh sebesar 11,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,90%(yoy). Pertumbuhan sektor ini didukung oleh realisasi proyek pemerintah di Provinsi Aceh seperti proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), proyek bendungan, serta pembangunan infrastruktur dalam rangka PON Aceh-Sumut 2024. Meski demikian, pembiayaan ke sektor ini hanya Rp824,54 miliar, atau mengalami penurunan kontraksi dari sebesar 9,58% (yoy) menjadi 5,00% (yoy).
Kontraksi juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan sebesar 8,74% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 6,26% (yoy). Hal itu terjadi karena pertumbuhan nilai ekspor batubara mengalami kontraksi sebesar 32,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami ekspansi 26,27% (yoy).
Penurunan kinerja di pertambangan secara umum sejalan dengan realisasi penyaluran pembiayaan lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan II 2023 pembiayaan ke sektor ini hanya Rp2,47 triliun atau tumbuh negatif sebesar 51,65% (yoy).