Perempuan Adalah Pejuang, Disebut Harus Terampil Mendidik Anak dengan Pendekatan Budaya
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
CEO Save Educational Aceh (SEA), Aisha. [Dok. ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - CEO Save Educational Aceh (SEA), Aisha mengatakan, perempuan adalah pejuang dan pendidik, jadi harus terampil mendidik anak-anak dengan pendekatan budaya.
Mengutip Koentjaranigrat, budaya adalah buah pikiran dan seni sebagai tanda bahwa manusia itu bisa berpikir.
Di sinilah perlunya menanamkan pembelajaran budaya kepada anak-anak, paham akan budaya sebagai identitas, dan tidak tergilas oleh perubahan zaman di tengah kuatnya arus teknologi dan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
Penyampaian tersebut disampaikan dalam Women's Cultural Network yang diselenggarakan sebagai Pertemuan Perempuan Indonesia yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2022).
Lebih lanjut, dirinya mengatakan, pertemuan seperti ini sangat bagus untuk membuka wawasan perempuan di Indonesia. Perempuan harus bangkit, teredukasi dan belajar bersama.
Karenanya, kata dia, pendidikan harus mengikuti budaya bukan budaya yang mengikuti pendidikan. Budaya itu tidak boleh disempitkan, pada dasarnya budaya itu sangat luas maknanya.
Menurutnya, pada saat ini budaya mengalami pengerdilan dikarenakan oleh kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu.
Dirinya selaku CEO Save Educational Aceh juga mengajak anak-anak terbuka terhadap sosial untuk menghindari kecenderungan perilaku individual dan intoleran.
Menanamkan kepada anak-anak bahwa Indonesia ini diversity atau beranekaragam suku, bahasa, budaya, agama, dan adat istiadat. Sebab, Indonesia ini manifestasi dari bhinneka tunggal ika.
"Anak-anak harus paham jati dirinya, Pancasila, berbaur dan terlibat langsung dalam kegiatan masyarakat, mempertajam daya empati dan simpati sosial kepada anak-anak," ucapnya pada Dialeksis.com melalui keterangan tertulis, Kamis (8/9/2022).
Ia juga menambahkan, budaya itu harus masuk dalam kurikulum pendidikan dan budaya tidak bertentangan dengan agama manapun.
"Orang yang berbudaya memiliki daya intelektual yang baik, sementara orang yang memiliki intelektual tinggi belum tentu berbudaya," pungkasnya.(AR)