DIALEKSIS.COM | Jantho - Meperingati hari Keanekaragaman hayati internasional, Bupati Aceh Besar, Muharram Idris atau yang karib disapa Syech Muharram bersama mahasiswa Universitas Syaih Kuala (USK) Banda Aceh dan unsur TNI Polri menanam 3000 pohon manggrove di Mon Singet, Kecamatan Baitussalam, Senin (26/5/2025).
Pada kesempatan itu, Syech Muharram mengatakan, musibah gempa dan Tsunami yang menerjang Aceh 20 tahun silam tak hanya menghancurkan bangunan saja, namun sebagian besar tanaman manggrove yang ada di pesisir Aceh juga terhempaskan. Untuk itu, bagi Buoati Aceh Besar penanaman manggrove tersebut merupakan upaya menjaga lingkungan.
“20 tahun yang lalu kita mengalami musibah besar yaitu gempa dan tsunami ketika gempa meluluhkan bangunan-bangunan kemudian tsunami meratakan semua bangunan termasuk pohon-pohon mangrove yang ada di pesisir Aceh padahal itu adalah khazanah yang ditinggalkan nenek moyang kita untuk mengamankan diri dari abrasi laut dan tantangan badai besar,” katanya.
Namun bagi Syech Muharram, penanaman yang dilakukan pada hari ini menjadi satu itikad baik dari masyarakat untuk menjaga alam sebagai benteng dari abrasi laut juga sebagai warisan bagi anak cucu dimasa yang akan datang.
“Ini belum terlambat, perlahan tapi pasti, mari sama-sama kita jaga alam kita agar generasi penerus kita nanti dapat menikmati alam yang bebas dari abrasi. Mudah-mudahan nanti ada lagi menyusul yang lain-lainnya sehingga semua tepi pantai yang dianggap rawan jadi semua sudah terbendung dengan pohon mangrove,” pintanya.
Ia juga mengingatkan agar semua masyarakat menjaga alam, karena alam itu perlu dijaga.
“Alam yang kita jaga maka alam juga menjaga kita. Betapa berutungnya hari ini kita dapat menikmati oksigen yang dihasilkan dari pepohonan yang ada disekitar kita,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FMIPA USK, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin, S.Si., M. Tech menuturkan, jika penanaman bibit manggrove yang dilakukan oleh relawan peduli lingkungan merupakan bukti nyata menjaga ekosistem pantai.
“Lebih dari itu kita sedang menanam harapan, perlindungan dan menanam investasi untuk generasi masa depan. Kita semua tahu betapa pentingnya ekosistem manggrove, terutama bagi wilayah pesisir Aceh. Manggrove menjadi benteng utama dari ancaman abrasi akibat ombak dan badai, tak hanya itu manggrove menjadi bagian penting dari biota laut, serta sumber mata pencarian bagi nelayan dan menyerap karbon dioksida secara efektif, termasuk juga mengurangi pemanasan global,” ucapnya.
Disisi lain, Kapolsek Baitussalam, AKP Lilisma Suryani, SH, mengatakan, betapa vitalnya peran keanekaragaman hayati dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan kelangsungan hidup umat manusia.
“Keanekaragaman hayati bukan hanya milik generasi kita saat ini tetapi merupakan warisan berharga yang harus kita jaga dan lestarikan untuk anak cucu kita di masa yang akan datang,” pungkasnya.
Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional yang dilaksanakan di Mon Singet Aceh Besar, merupakan kerja sama antar elemen, melibatkan Pemerintah kabupaten Aceh Besar, LSM dan Mahasiswa itu juga diisi dengan kampanye sampah plastik dan aksi bersih pantai.(**)