Pertalite dan Gas LPG Disinyalir Akan Naik Harga, Ini Respon HMI Langsa
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Ketua HMI Cabang Kota Langsa, Amiruddin. [Foto: Dialeksis/ftr]
DIALEKSIS.COM | Langsa - Ketua HMI Cabang Kota Langsa, Amiruddin menyayangkan dengan naiknya harga Pertamax saat ini.
“Sebenarnya bukan menjadi suatu masalah ketika harga tersebut naik saat ini, namun hanya saja kenaikan harga ini di bulan Ramadan. Disaat kilak piluk ekonomi masyarakat masih amburadul disitulah naik harga pertamax,” sebutnya.
Secara tidak langsung, kata Amir, memang tidak keseluruhan sebagian masyarakat menggunakan Pertamax. Namun, dengan kenaikan harga Pertamax maka selanjutnya, diisukan akan naik harga Pertalite dan Gas.
Hal ini sempat disampaikan oleh oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan pada Jumat (1/4/2022).
“Ini yang menjadi sebuah masalah, kenapa kenaikan harga Pertamax juga diikuti dengan diisukan kenaikan harga pertalite dan gas, seharusnya jika memang ada kenaikan harga BBM maka dinaikan disaat bersamaan saja, bahkan akhir-akhir ini juga ketersediaan BBM seperti Pertalite dan Solar itu sering kosong sehingga menyebabkan antrian kendaraan yang panjang,” kata Amir.
“Saya juga pantau media, bahkan sering sekali terjadi antrian solar, pertalite dan pertamax bahkan sampai diberitakan ada yang ‘Rebutan’, mungkin dalam hal serobot antrian yang panjang,” tambahnya.
Lanjutnya, kata Amir, cukup Pertamax saja yang naik harga. “Pertalite dan Gas jangan dinaikkan juga, karena hampir rata-rata masyarakat Indonesia khususnya di Aceh menggunakan Pertalite sebagai BBM kendaraannya, sementara itu, pertamax hanya segilintir orang saja,” kata Amir.
Menurutnya, jika pertalite juga naik harga, maka ini sama saja dengan membunuh masyarakat secara perlahan.
“Masyarakat saat ini sudah terbebani dengan Covid-19, dan beberapa komoditas pangan yang juga sudah naik harga sebelum-sebelumnya, jadi ini cukup memberatkan masyarakat,” sebutnya.
Pemerintah dalam hal ini Aceh, kata Amir, harus bisa memberikan solusi saat ini. “Ditengah porak-poranda ekonomi masyarakat yang baru saja bangkit karena Covid-19, kini dengan mudahnya dihancurkan lagi dengan kenaikkan harga BBM dan gas,” ujarnya.
“Kebutuhan Gas LPG 3 Kg atau Gas Melon juga, ini juga termasuk sulit sekali jika naik harga, Gas LPG ini ibaratkan seperti Migor juga, sudah langka kemudian naik harga juga, inikan cukup memberatkan masyarakat,” tambahnya.
Jika memang harus memaksakan keadaan Pertalite dan Gas harus naik, maka kata Amir, harus ada sebuah simulasi kepada masyarakat untuk pengalihan penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
“Penggunaan kendaraan listrik, sepeda, atau pengurangan pembelian kendaraan, ataupun membatasi penggunaan kendaraan yang boleh digunakan berdasarkan nomor produksi kendaraan tersebut dengan berdasarkan tahun kendaraannya, dengan begitu penggunaan kendaraan dan konsumsi BBM juga akan berkurang, sehingga ada solusi, jangan dengan sinyalir naiknya pertalite dan gas ini dinaikkan dengan semena-mena, sehingga membuat masyarakat semakin sengsara,” tukasnya.
Oleh karena itu, Amiruddin mengatakan, pemerintah pusat harus bisa mengkaji ulang, terhadap kenaikan BBM saat ini. “Jika memang kenaikan harga pertalite dan gas karena berdasarkan atau diikuti dengan kenaikan Pertamax, maka harus dijelaskan secara mendetail agar masyarakat paham, kenapa Pertalite dan Gas juga disinyalir akan naik harga juga, masyarakat perlu tahu,” pungkasnya. [ftr]