Pesan Khutbah Idul Adha di Masjid Baiturrahim Ulee Lheu, Kurban Sebagai Perwujudan Taqwa
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pelaksanaan salat Idul Adha 1444 H di Masjid Baiturrahim, Kemukiman Lam Jabat, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh berjalan khidmat. Masyarakat ramai memadati mesjid baik di dalam maupun di luar pelataran mesjid.
Pantauan dialeksis.com, di Mesjid Baiturrahim, Kamis (29/6/2023) sekitar pukul 07.00 WIB, jemaah mulai berbondong-bondong mendatangi masjid. Para jemaah datang ke lokasi salat Id bersama sanak keluarga dengan berjalan kaki hingga menggunakan kendaraan bermotor maupun mobil.
Tampak para jemaah memilih melaksanakan salat Id di area pelataran masjid. Sementara di area dalam masjid mulai dipadati warga.
Tgk Andika Muhammad Putra dipercayakan menjadi Imam Shalat id dan dilanjutkan dengan Tgk. Basra BA sebagai khatib.
Khatib shalat id, Tgk. Basra BA mengatakan Hari raya Idul Adha yang juga disebut hari raya Kurban mengingatkan kepada Nabiyullah Ibrahim as bersama putranya, Ismail. Ismail adalah putra tunggal Nabi Ibrahim yang telah bertahun-tahun dirindukan kehadirannya.
Pengorbanan sebagai perlambang bahwa jiwa dan perbuatan seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa, dapat memberikan arti bahwa kita dituntut untuk meyakini keesaan Allah.
"Apa yang dilakukan itu semata-mata hanya untuk Allah. Ajaran kurban ini juga mengisyaratkan makna yang mendalam agar kita dapat mengorbankan segala sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan ajaran Allah," tuturnya.
Tgk Basra BA menjelaskan bahwa sebagai putra tunggal, Ismail sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Dalam suasana saling kasih sayang seperti itu, turunlah perintah dari Allah kepada sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim, untuk melakukan kurban dengan menyembelih anak kandungnya sendiri, yaitu Ismail.
Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaatan dan kepatuhan bersedia melaksanakan perintah itu, dan ketika diceritakan oleh Ibrahim kepada Ismail tentang adanya perintah dari Allah untuk menyembelihnya.
Nabi Ismail tidak gentar sedikit pun juga. Ia rela menerima perintah itu dan meyakinkan ayahnya bahwa ia menerima perintah itu juga dengan penuh ketaatan dan kesabaran.
Keduanya dengan jelas telah sama-sama menunjukkan sikap ingin berkorban yang luar biasa besarnya. Kesediaan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah itu, dan kerelaan Ismail untuk menerima perintah itu, merupakan perwujudan dari kepatuhan mereka yang tiada taranya terhadap perintah Allah.
"Pengorbanan yang dilakukan oleh kedua hamba Allah terebut merupakan ujian dan pengorbanan yang amat besar, yang tiada bandingan dan taranya dalam sejarah umat manusia sampai hari ini," ujarnya.
Diakhir kata, Tgk Basra BA mengajak kepada umat Islam senantiasa melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan, penuh kerelaan, dan ketenangan serta penuh penyerahan diri.
"Mari sama-sama kita meneladani kisah nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang rela berkorban demi menjalankan perintah Allah," pungkasnya.