PKA-8, Wadah Edukasi Kebudayaan Bagi Pelajar di Aceh
Font: Ukuran: - +
Para siswi keluar dari salah satu anjungan di acara PKA-8, Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, Selasa (7/11/2023). [Foto: MC/KHA]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh menjadi wadah edukasi kebudayaan bagi para siswa/siswi.
Selain masyarakat umum, pegelaran budaya yang dilaksanakan mulai 4-12 November 2023 ini juga ramai dikunjungi siswa-siswa yang berasal dari berbagai sekolah di Banda Aceh dan sekitarnya.
Di lokasi PKA-8 mereka mengunjungi anjungan dari 23 kabupaten/kota se-Aceh. Melihat berbagai peninggalan sejarah dan kebudayaan yang ada di Tanah Rencong.
Yana, seorang guru SMP Methodis Banda Aceh, mengungkapkan event ini kesempatan bagi siswanya untuk menyaksikan dan mempelajari budaya serta sejarah yang ada di Aceh.
“Selama ini mereka hanya tinggal di Banda Aceh namun belum mengetahui budaya di daerah-daerah lain,” kata Yana, Selasa (7/11/2023).
Ia menyebutkan yang dibawa hari ini hanya 50 siswa, namun pihaknya telah menjadwalkan kunjungan lanjutan kepada siswa lain yang belum sempat berhadir.
Grace, salah seorang siswi sekolah SMP Methodis, mengaku sangat terpukau dengan budaya Aceh. Apalagi ini merupakan kunjungan pertamanya ke acara pekan kebudayaan Aceh.
“Rupanya sangat menarik karena kita dapat melihat budaya-budaya dari daerah lain,” kata Grace.
Menurutnya, budaya dan sejarah Aceh tampak berbeda dari daerah lain. Meskipun telah lama menetap di Bumi Serambi Mekkah, namun dirinya banyak menyaksikan hal baru di PKA-8 ini.
Paling menarik, kata dia, kayak raksasa yang ada di Anjungan Aceh Selatan. “Sebelumnya belum pernah liat katak sebesar itu,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan baru menyadari ternyata rempah-rempah Aceh bukan hanya yang ditemui dalam makanan saja, ternyata masih banyak lagi.
Selain itu, Muammal Redha Falevi, siswa Pesantren Modern Al Manar, Kabupaten Aceh Besar, juga mengaku banyak melihat dan mendapatkan pengetahuan tentang ragam adat, budaya maupun sejarah di acara PKA-8.
Ini merupakan pengalaman pertama Redha menyaksikan PKA karena dibawa oleh guru sekolahnya.
“Saya asal dari Nagan, jadi ini pertama kali ke PKA,” ungkapnya
Datang ke PKA-8, kata Redha, ia bisa tahu bentuk rumah adat asal teman-teman khususnya yang ada di pesantrennya.
“Kalau diizinkan dari pesantren kami mau kembali lagi kesini, karena ini tidak cukup waktu untuk masuk ke semua anjungan,” ungkapnya.
Redha juga mengakui kunjungannya ke PKA dapat menambah wawasan tentang Aceh. Bahkan ia dapat mengetahui ragam kuliner Aceh yang sebelumnya belum pernah dicicipi.
“Kulinernya juga enak-enak tadi, nama makanannya juga lucu-lucu,” ucapnya.
Sementara itu, Nadia Hanisa Amanda, siswi dari Madrasah Aliyah Swasta Darul Ulum, Banda Aceh, mengaku sangat tertarik dengan tari-tari yang ditampilkan dari setiap anjungan.
Sebagai remaja yang menyukai tari, Nadia menuturkan sangat terkagum-kagum akan budaya yang ada di Aceh. Tak hanya itu anjungan rumah adat dari setiap daerah menjadi informasi dan pengetahuan baru kepada mereka.
“Rempah-rempah juga menjadi hal baru bagi kami. Terus rumah adatnya juga bagus-bagus, sebelumnya belum pernah liat rumah adat daerah lain,” tuturnya.
Tak kalah menarik, kata dia, di PKA-8 juga ada kodok raksasa yang melompat hanya empat jam sekali. [MC/RZ/UL]