Rabu, 05 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / Prodi Ilmu Politik UIN Ar-Raniry Hadirkan Peneliti Jerman Bahas Kebijakan Perdamaian Aceh

Prodi Ilmu Politik UIN Ar-Raniry Hadirkan Peneliti Jerman Bahas Kebijakan Perdamaian Aceh

Selasa, 04 November 2025 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Prodi ilmu politik UIN Ar-Raniry bersama Himapol Gelar Public Lecture Bertajuk “Policies for Peace: Tracing Conflict Issues” Hadirkan Peneliti Asal Jerman, Cornelius Haritz, Senin (3/11/2025), di ruang teater fisip UIN Ar-Raniry. [Foto: HO/dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Prodi ilmu politik UIN Ar-Raniry bersama Himapol Gelar Public Lecture Bertajuk “Policies for Peace: Tracing Conflict Issues” Hadirkan Peneliti Asal Jerman, Cornelius Haritz, Senin (3/11/2025), di ruang teater fisip UIN Ar-Raniry.

Kegiatan ini membahas dinamika konflik dan proses transformasi perdamaian di Aceh, khususnya dalam dua dekade terakhir. Dalam paparannya, Cornelius menjelaskan hasil risetnya mengenai perubahan sosial-politik di Aceh selama 20 tahun terakhir, dengan data yang bersumber dari Uppsala University Data Center di Jerman.

Ia menyebutkan bahwa periode konflik paling besar terjadi pada tahun 1999-2005, namun menariknya, sejak berakhirnya konflik tersebut, Aceh mampu menjaga kedamaian selama dua dekade tanpa kembali terjadi kekerasan besar. Menurutnya, hal ini menjadi contoh penting dalam studi kebijakan perdamaian.

Cornelius juga berbagi pengalamannya selama berada di Banda Aceh. Ia menilai kondisi keamanan di kota ini sangat baik. “Saya bahkan sempat tertinggal kartu ATM di mesin, tapi keesokan harinya kartu itu masih ada di tempatnya. Ini menunjukkan keamanan dan kejujuran masyarakat di sini,” ujarnya.

Dalam sesi diskusi, mahasiswa juga menyoroti berbagai isu pascakonflik, termasuk efektivitas Dana Otonomi Khusus (Otsus). Salah satu mahasiswa, Ilham, mengungkapkan bahwa meski Dana Otsus telah lama berjalan, Aceh masih tergolong salah satu provinsi termiskin di Indonesia.

Ketua Program Studi Ilmu Politik, Ramzi Murziqin, M.A., menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini penting untuk memperluas wawasan mahasiswa. “Kita perlu menghadirkan narasumber dari luar agar mahasiswa bisa melihat kondisi Aceh dari perspektif global,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua HIMAPOL, Dicky Aulia, menambahkan bahwa kuliah umum ini menjadi pengalaman yang berharga. “Kali ini unik, karena pematerinya dari luar negeri. Kita jadi dapat wawasan baru dari sudut pandang berbeda,” ujarnya.

Prodi ilmu politik berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan untuk memperkaya diskusi akademik dan memperkuat semangat mahasiswa dalam memahami isu-isu perdamaian dan kebijakan publik, khususnya di Aceh. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI