kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Prof Syamsul Rijal : Zikir Dan Ceramah Di Peringatan Maulid Seharusnya Bisa Dibuat Daring

Prof Syamsul Rijal : Zikir Dan Ceramah Di Peringatan Maulid Seharusnya Bisa Dibuat Daring

Kamis, 29 Oktober 2020 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Fajrizal

[Foto: doc pribadi Syamsul Rizal]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Prof Dr Syamsul Rijal MA, Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh menyarankan kepada pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh dalam perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi) 1442 Hijriah kali ini  dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 saat ini seharusnya zikir dan ceramah di Meunasah-meunasah yang ada di Aceh bisa dibuat secara daring (Zoom_red).

Hal tersebut disampaikan Prof Dr Syamsul Rijal kepada Dialeksis.com Rabu malam (28/10/2020) saat ditanya perayaan Maulid Nabi dalam suasana Pandemi Covid-19.

"Inti apresiasi budaya Ke-Acehan di Maulid Nabi ada tiga. Yang pertama ada zikir, yang kedua ada khanduri dan yang ketiga ada ceramah," jelas Civitas akademika UIN Ar Raniry ini.

Perihal pelaksanaan Zikir dan Ceramah, kata Prof Dr Syamsul Rijal dalam suasana pandemi Covid-19 saat ini Zikir dan ceramah bisa dilaksanakan secara daring dengan Zoom. Diundang orang sekitar 15 orang untuk hadir di Aula, ada yang membuka saat zoom. Siapa yang mau ikut. Artinya kalau seperti ini protokol kesehatan berlangsung. 

"Misalnya saat berlangsung zikir diumumkan di cafe-cafe agar disuruh membuka zoom bershalawat kepada Nabi. Kan bisa seperti itu," jelas Prof Dr Syamsul Rijal.

Begitu juga dengan khanduri, kata Prof Syamsul tinggal kita lihat dimana lumbung masyarakat miskin. Yang melakukan khanduri (Donatur_red), khandurinya bisa diantar saja ke rumah-rumah masyarakat miskin. Yang penting dibilang ini khanduri Maulid. Jadi kan orang ingat," jelasnya lagi.

Saat ditanya jika pelaksanaan zikir dilakukan secara daring persepsi masyarakat nanti tidak afdhal. Syamsul Rijal mengatakan seharusnya dalam situasi pandemi inilah yang disebut dengan kegiatan New normal. "Disini kita kan ada Dinas Syariat Islam. Mereka seharusnya memikirkan hal seperti ini. Kalau ngak ngapain ada dinas Syariat Islam," tegas Syamsul.

Pun demikian kata Syamsul jika ada persepsi masyarakat dalam pelaksanaan Zikir akan mematuhi protokol kesehatan. Menurut Syamsul itu tidak bisa kita pastikan dikarenakan emosional bisa mengalahkan karakter masyarakat Aceh mengenai budaya kumpul. 

"Jadi emosionalitas itu kadang-kadang bisa mendominasi bagi seseorang sehingga akan mengalahkan karakter berhemat dalam perkumpulan," demikian kata Prof Syamsul Rijal. (Fajrizal) 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda