kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Program Bansos Sifatnya Temporal Bukan Kontinu

Program Bansos Sifatnya Temporal Bukan Kontinu

Minggu, 31 Oktober 2021 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : akhyar

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar Raniry Banda Aceh, Dr Ernita Dewi. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bantuan Sosial (Bansos) merupakan salah satu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di daerah. Bansos diberikan kepada masyarakat yang dinilai mengalami resiko sosial.

Bansos ini bisa berupa berupa bantuan uang, barang, atau jasa kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin/tidak mampu, serta rentan terhadap risiko sosial. Selaras dengan namanya, pemberian bansos bertujuan untuk mengatasi dan menjamin keberlangsungan kehidupan seseorang.

Menyikapi fenomena yang terjadi, perkara bansos terkadang di sasar pada penerima yang sama setiap tahunnya. Sehingga, secara judgemental, ada yang menyebut jika program bansos ini masih belum dapat mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar Raniry Banda Aceh Dr Ernita Dewi mengatakan, para penerima bantuan harus memandang bansos sebagai sebuah stimulus awal untuk berusaha lebih keras ke depan.

Ia mengatakan, bansos itu sifatnya temporal bukan kontinu. Sehingga manusia, kata dia, bisa merubah posisi untuk tidak melulu berada pada taraf hidup yang sama sepanjang waktu.

Dr Ernita melanjutkan, manusia sebagai makhluk dinamis harus terus bergerak dalam mencari penghidupan yang lebih mapan. Kehidupan seseorang tidak akan selamanya terikat dengan bansos apabila seseorang mau berusaha dan merubah jalan hidup.

“Bantuan ini harus dipandang sebagai stimulus awal supaya orang bergerak untuk mencapai kesuksesan dengan modal bantuan itu tadi,” ujar Dr Ernita kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (31/10/2021).

Di kala menerima bantuan, kata dia, mindset (cara berpikir) seseorang juga perlu dirubah. Mereka harus memosisikan bantuan itu sebagai modal awal atau langkah awal mengejar kesuksesan.

Dalam hal ini, Dr Ernita mengibaratkan seperti kendaraan bermotor yang tidak akan bisa berjalan tanpa adanya bensin. Di saat bensin sudah terisi, pemakaian kendaraan akan menjadi sia-sia jika hanya dikemudikan tanpa arah tujuan pasti.

Merubah Mindset

Dekan FISIP UIN Ar Raniry itu mengatakan, dengan tekun berusaha dan motivasi yang kuat, kondisi sosial seseorang mampu berubah. Sebagai penyokong motivasi, lintas unsur masyarakat diperlukan untuk mendorong seseorang agar mau berusaha.

“Mindset itu bisa kita rubah dalam hal pemberian sugesti, dan motivasi. Lintas elemen masyarakat berperan aktif dalam merubah perilaku seseorang. Terutama bagi koordinator program bansos yang menurut saya punya peran lebih dalam menanamkan pemahaman,” jelasnya.

Menanamkan motivasi agar seseorang naik level, kata dia, harus diimbangi dengan penunjukan kerja keras dari penerima bansos itu sendiri. Suntikan motivasi dari unsur masyarakat tidak akan berpengaruh jika seseorang tak punya niat untuk merubah taraf hidup.

Bahkan, kata dia, di lingkungan kampus UIN Ar Raniry, para tenaga pendidik dan dosen pengajar sering mengampanyekan mahasiswanya untuk meningkatkan kreatifitas ekonomi mandiri dan sebisa mungkin menghindari kerentanan sosial.

“Jangan selalu berada di level rendah, tapi harus berusaha agar bisa mencapai level yang tinggi. Mari aktif berusaha. Ikhtiar itu wajib, dan jangan tinggalkan doa juga, karena segala sesuatu kita kembalikan kepada tuhan yang maha esa,” ungkapnya.

Pola Diberi dan Memberi

Dr Ernita menuturkan, pola diberi dan memberi harus ditanamkan dalam setiap individu. Manusia tidak harus terus berada pada titik dominan dalam artian penerima bantuan ke depan bisa saja berganti nama.

Dalam paham Islam, ungkap Dr Ernita, ibaratnya seperti zakat. Di saat hari ini menerima zakat, ke depan diharapkan bisa mengeluarkan zakat.

“Harus diupayakan pola ini ke sana. Jangan hanya stagnan sebagai penerima saja. Munculkan keinginan juga untuk memberi dan membantu yang lain,” tuturnya.

Dengan jumlah penduduk yang kian hari semakin padat, Dr Ernita mengharapkan supaya ke depan muncul regenerasi penerima baru program bansos, sehingga penerima yang ada hari ini sudah sejahtera kehidupan sosialnya. 

“Setiap tahun, Jangan hanya nama orang itu saja yang diberi bansos. Tapi, kita berharap yang sudah terima tahun ini agar ke depan mereka ini bisa tidak menerima lagi (karena sudah mapan). Saya percaya bahwa manusia itu mampu. Kita punya kemampuan untuk merubah diri menjadi lebih baik dari hari ke hari,” pungkasnya. [akh]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda