Ramai Pengungsi Rohingya di Aceh, Pengamat Kajian Asia Tenggara: Lemahnya Pengamanan Laut
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Pengamat Kajian Asia Tenggara Muhammad Ichsan. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Urusan pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh sudah menjadi perhatian nasional dan internasional. Hal itu menyita perhatian radio MQFM Bandung membuat dialog online bersama dua narasumber ahli mengupas tuntas soal Rohingya yang bertemakan "Dilematis Penanganan Pengungsi Rohingya", Selasa (28/11/2023).
Pengamat Kajian Asia Tenggara Muhammad Ichsan mengatakan, Rohingya adalah bangsa tersedih yang ada di dunia, karena mereka memiliki tanah tetapi tidak diakui oleh negaranya yakni Myanmar.
"Lalu mereka berpindah-pindah ke negara tetangga, khususnya paling banyak saat ini mereka mendarat dan datang ke Aceh, Indonesia," ujarnya.
Direktur Fokusparlemen Institute itu mengungkapkan, membludaknya pengungsi Rohingya ke Aceh karena laut Aceh ini sangat terbuka, mudah keluar masuk, pengamanan di laut juga mulai berkurang.
"Pengamanan dari segi pemerintah sangat lemah, kemudian pengawasan di laut Samudera Hindia khususnya Selat Malaka juga sangat lemah," ucapnya.
Ichsan mengatakan, bagi Rohingya, Aceh ini sebagai daerah yang sangat hangat, aman bahkan masyarakatnya juga sangat ramah, mudah berinteraksi, apalagi memiliki keterkaitan faktor agama Islam.
"Orang Aceh punya pola perasaan yang peduli terhadap penderitaan orang lain. Karena faktor itulah pengungsi Rohingya saban waktu terus berdatangan ke Aceh," ungkapnya.
Faktor lainnya, kata Ichsan, Indonesia tidak punya aturan yang ketat terkait Imigran. Padahal negara-negara ASEAN lain seperti Thailand mereka punya Undang-undang sangat ketat terkait manusia ilegal yang masuk ke negaranya.
Sebelumnya, sambung Ichsan, negara Malaysia sangat terbuka dengan Myanmar, tetapi di waktu berlainan mereka melakukan migrasi besar-besaran hingga akhirnya Malaysia kualahan menerima etnis Rohingya. Rohingya menjadi beban bagi pemerintah Malaysia maupun negara sekitar.
"Akhirnya masuklah ke Indonesia melalui jalur Selat Malaka yang mudah dijangkau bagi etnis Rohingya yaitu Aceh," imbuhnya.
Kini hal serupa pun telah terjadi di Aceh, awalnya etnis Rohingya yang datang ke Aceh diterima dengan hangat oleh warga Aceh, namun seiring berjalan waktu Imigran Rohingya memberi kesan tidak baik bagi masyarakat. Oleh karena itu, belakangan kedatangan mereka ditolak.
Agar Indonesia tidak dituding melanggar HAM, menurut Ichsan, Pemerintah Pusat bisa memberikan izin tinggal di suatu wilayah kosong, dengan didampingi lembaga internasional bergerak dibidang pengungsi, pasti ini akan lebih terarah.
"Mereka (pengungsi Rohingya) tidak mudah masuk ke lingkungan masyarakat lokal dan mengganggu adat istiadat. Seperti yang dilakukan Pemerintah Pusat pada tahun 1940 saat perang Vietnam, pernah memberikan izin tinggal di pulau kosong yaitu Pulau Rempang Batam untuk pengungsi tinggal," terangnya.
- Membludaknya Pengungsi Rohingya ke Aceh, Pengamat Mengendus Adanya Skenario Dunia Internasional
- Diduga Seludupkan 36 Imigran Rohingya, Sopir Truk Ditangkap Polisi di Aceh Timur
- Sepekan Ini Aceh Didatangi 1.084 Pengungsi Etnis Rohingya
- Gedung Eks Imigrasi Lhokseumawe Tak Layak Tampung Ratusan Pengungsi Rohingya