Rektor UIN Ar-Raniry: Tiga Prototipe Kepemimpinan Sebagai Pemimpin Ideal untuk Aceh
Font: Ukuran: - +
Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry) Banda Aceh, Prof Mujiburrahman menghadiri Seminar Kebangsaan bertajuk ‘Menemukan Pemimpin Ideal untuk Aceh’ yang diselenggarakan oleh PB HUDA bekerja sama dengan PWNU Aceh di Hotel Grand Aceh Syariah.[Foto: Humas UINAR]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (UIN Ar-Raniry) Banda Aceh, Prof Mujiburrahman menghadiri Seminar Kebangsaan bertajuk ‘Menemukan Pemimpin Ideal untuk Aceh’ yang diselenggarakan oleh PB HUDA bekerja sama dengan PWNU Aceh di Hotel Grand Aceh Syariah.
Seminar ini menghadirkan narasumber Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab.
Dalam acara tersebut, Mujiburrahman memberikan tanggapan terkait kriteria pemimpin yang ideal bagi Aceh di masa depan.
Menurut Mujiburrahman, Aceh membutuhkan sosok pemimpin yang tangguh, berintegritas, dan memiliki moralitas tinggi.
“Di samping itu, juga harus shaleh, taat, dan berakar pada hablun minallah yang kuat, bukan pemimpin yang salah, tidak takut kepada Allah, tidak amanah, dan tidak peduli kepada masyarakatnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mujiburrahman menekankan pentingnya semangat pejuang dalam diri seorang pemimpin, terutama di tengah kondisi politik saat ini.
“Dengan semangat pejuang akan menjadi pijakan dan energi dalam menjalankan amanah kepemimpinan untuk membangun Aceh secara serius, sungguh-sungguh, melayani, dan tanpa pamrih,” katanya.
Ia juga menyoroti risiko mental penikmat yang dapat berdampak negatif pada kepemimpinan.
“Dengan mental penikmat akan menghiasi warna kepemimpinan yang birokratis, hedonis, aji mumpung, senang dilayani, dan menikmati fasilitas sebesar-besarnya, namun kurang peduli kepada keutuhan dan kemaslahatan masyarakat,” tambahnya.
Selain itu, Prof Mujiburrahman menekankan pentingnya pemimpin yang memiliki kapasitas sumber daya manusia yang baik, integritas pribadi yang tinggi, dan kemitraan yang luas.
“Hanya pemimpin yang memiliki kemampuan dan integritas yang tinggi yang mampu memimpin Aceh dengan skill dan seni sehingga bisa merangkul seluruh elemen masyarakat,” tegasnya.
Ia berharap dengan tiga prototipe kepemimpinan tersebut, siapapun pemimpin Aceh masa depan akan diridhai Allah SWT, dicintai, dihormati, dan dibantu oleh masyarakat, sehingga harapan Aceh yang berperadaban, maju, dan sejahtera dapat terwujud.
Kegiatan seminar ini turut dihadiri Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf, dan Bendahara Umum PBNU Gudfan Arif Ghofur. [*]