Beranda / Berita / Aceh / Resort 12 SKW 1 Lhokseumawe dan AGC Lakukan Penggiringan Gajah Liar di Bireuen

Resort 12 SKW 1 Lhokseumawe dan AGC Lakukan Penggiringan Gajah Liar di Bireuen

Rabu, 29 Juni 2022 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Fajri Bugak

[Foto: Dialeksis/Fajri Bugak]

DIALEKSIS.COM | Bireuen - Resort 12 Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Lhokseumawe Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bersama Yayasan Aceh Green Conservation (AGC) dibantu masyarakat Pinto Rimba, Peudada, Bireuen melakukan penggirangan seekor gajah liar di gampong setempat, pada hari Senin (27/6/2022).

Direktur Konservasi Yayasan AGC, Baihaqi kepada Dialeksis.com, Rabu (29/6/2022) mengatakan, upaya penggiringan gajah yang dilakukan pihaknya selain untuk mencegah terjadi konflik satwa antara gajah dan manusia, juga untuk menyelamatkan lahan masyarakat.

“Kita dapat laporan pada hari Minggu kemarin dari perwakilan masyarakat Pinto Rimba bahwa ada seekor gajah liar yang masuk ke perkebunan warga dan telah merusak satu unit pondok milik masyarakat,” sebutnya.

Kemudian, sambung Baihaqi, pihaknya langsung berkoordinasi dengan BKSDA Aceh melalui Kepala Resort 12 SKW 1 Lhokseumawe meminta bantuan untuk penggiringan agar tidak terjadi konflik satwa.

“Ketika di lapangan, kami dibantu oleh perwakilan masyarakat melakukan upaya penggiringan, namun sebelum upaya itu dilakukan BKSDA Aceh terlebih dulu memberi pemahaman bagaimana teknik mitigasi itu dilakukan,” jelas Baihaqi

Selain memberikan pemahaman, lanjut Baihaqi, BKSDA Aceh juga memberikan sejumlah mercon untuk mengusir gajah kepada perwakilan masyarakat sehingga nantinya bisa digunakan jika sewaktu-waktu.

Sementara itu, perwakilan masyarakat, Ayu Raddin membenarkan telah melakukan penggiringan gajah liar di kawasan Pinto Rimba bersama Yayasan AGC dan BKSDA Aceh untuk mencegah terjadinya konflik.

“Iya benar, awalnya ada pemilik kebun yang menyampaikan ke kami ada seekor gajah liar yang turun ke perkebunan dan telah merusak satu unit pondok, kemudian saya langsung menghubungi Yayasan AGC untuk meminta bantuan,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, sambung Pak Red (sapaan Ayu Raddin), pihaknya juga meminta kepada Yayasan AGC agar difasilitasi untuk pembentukan kelompok mitigasi konflik satwa mandiri di wilayahnya.

“Kemarin kami juga meminta Yayasan AGC membantu kami membentuk kelompok, karena ini sesuatu yang sangat penting. Jika sewaktu-waktu ada gajah liar, kami bisa melakukan mitigasi secara mandiri sebagai langkah pencegahan,” pungkasnya. (Fajri Bugak)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI