Sahabat Hijau yang Kawal Sampah Secara Sukarela Setiap Ada Acara
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Di mana acara di situ ada mereka. Mungkin kalimat itulah yang cocok ditabalkan kepada Komunitas Sahabat Hijau di Kota Banda Aceh.
"Kita bersama relawan selalu kawal tiap acara di Kota Banda Aceh," buka Pembina sekaligus salah satu Pendiri Sahabat Hijau, Yusrida Arnita kepada Dialeksis.com, Rabu (23/10/2019).
"Kita itu ada yang namanya Less Waste Event sebagai edukasi memilah dan meminimalisir sampah di tiap-tiap acara," tambahnya.
Didirikan 2016 lalu oleh para aktivis pecinta lingkungan dibantu Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh, Sahabat Hijau punya mimpi besar terhadap pengelolaan sampah dan kelestarian lingkungan di Aceh.
"Target besar kita bisa seperti Jepang dan negara-negara maju di Eropa dalam mengelola sampah dan menjaga lingkungan," kata Yusrida saat ditanya mimpi Sahabat Hijau jangka panjang.
"Perlu diketahui, Jepang perlu 30 hingga 35 tahun dalam hal edukasi sampah hingga bisa seperti sekarang. Sahabat Hijau diharapkan bisa ambil peran terhadap mimpi besar ini melalui edukasi pemilahan sampah kepada masyarakat," tambahnya.
Pembina Sahabat Hijau itu berpesan kepada seluruh masyarakat khususnya milenial di Aceh agar selalu membawa tumbler dan tempat makanan ke mana pun pergi. Bawa tas belanja saat ke pasar dan komposit sampah di rumah masing-masing.
"Gaya hidup menjaga lingkungan seperti ini sebenarnya keren bagi milenial," ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan kalau milenial di Aceh mulai peka terhadap isu-isu lingkungan dan gaya hidup meminimalisir sampah.
"Sampahmu, tanggung jawabmu. Intinya, mari sama-sama menjaga bumi Aceh ini agar tetap bersih, indah dan lestari," pinta Yusrida.
Sahabat Hijau, selain melakukan edukasi sampah di tiap acara, pihaknya juga punya program edukasi sampah kepada anak-anak, warga kampung dan menanam pohon tiap dua bulan sekali di ruang terbuka hijau.
"Bebas mau menanam pohon di mana saja, intinya selalu melestarikan lingkungan," katanya.
Yusrida juga berujar hampir 60 persen rata-rata masyarakat khususnya di Kota Banda Aceh belum paham bagaimana pengelolaan sampah.
"Sebenarnya mereka bukan tidak mau menjaga lingkungan tetapi karena memang belum mendapat edukasi," ungkapnya.
"Kehadiran kita diharapkan bisa memberikan perubahan terhadap upaya menjaga kebersihan lingkungan, terutama menanamkan budaya menjaga sampah sendiri di kalangan milenial," tambahnya.
Yusrida menuturkan, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar masyarakat mengurangi sampah sebanyak 30 persen, namun di Kota Banda Aceh baru 16 persen dan itu terus digencarkan.
Saat ditanya target jangka panjang Sahabat Hijau, Yusrida berujar semoga Aceh khususnya Kota Banda Aceh bisa mengurangi sampah hingga 80 persen nantinya.
"Belajar dari Jepang, kita akan terus kawal acara-acara di Kota Banda Aceh melalui edukasi pemilahan sampah yang baik dan benar agar Aceh ini tetap lestari dan indah ke depan," harapnya.
Sementara Ketua Sahabat Hijau, Risna Erita juga menghimbau agar budaya bersih dan menjaga lingkungan menjadi gaya hidup milenial di Aceh saat ini hingga masa yang akan datang.
"Mari mengurangi sampah plastik dan terus bersinergi menyelamatkan bumi," tandasnya.
Begitulah aktivitas Sahabat Hijau untuk Aceh, khususnya di Kota Banda Aceh dalam menjaga lingkungan.
Bekerja tanpa dibayar dan terus mengkampanyekan pelestarian lingkungan tanpa kenal lelah sebagai bagian edukasi menuju Indonesia bebas sampah 2025 sebagaimana target Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (sm)