Sekjen Kemenag Ungkapkan Alasan Urgensinya Moderasi Beragama
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sekretaris Jenderal Kementerian Agama (Sekjen Kemenag) RI Prof Dr H Nizar MAg membahani peserta Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama, Jumat (10/6/2022) di Hotel Permata Hati, Aceh Besar.
Di hadapan120 peserta orientasi, Prof Nizar memaparkan latar belakang urgensinya moderasi, makna moderasi, tantangan, dan kebijakan pemerintah dalam wujudkan semangat moderasi.
Sekjen menyampaikan, ada beberapa alasan perlunya moderasi. Di antaranya pemahaman yang ekstrem atas ajaran agama, oleh beberapa warga/umat beragama, sehingga ada yang mempraktikkan aksi, misal bom bunuh diri.
"Ini karena ada praktik keagamaan yang berlebihan yang mengesampingkan esensi kemanusiaan," tegas Prof Nizar, yang juga Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
"Maka kita memperkuat esensi yang menjunjung tinggi semangat kemaslahatan kemanusiaan," ulangnya.
"Kita ajak dan perkuat semangat untuk menghargai derajat kemanusiaan dan kemaslahatan umat," imbuhnya di depan para Kasubbag TU, Kasi, Subkoordinator, JFT/JFU, dan Pengurus FKUB se-Aceh.
Berkembangnya klaim pembenaran subjektif, lanjutnya, satu alasan lain perlunya moderasi.
"Sehingga dalam pemahamannya, penafsirannya saja yang benar, yang lain salah. Mengabaikan perbedaan dalam jalankan praktik keagamaan," sebutnya.
"Berkembang pemahaman agama dari beberapa elemen umat, yang tidak menerima perbedaan," ungkapnya.
Jadi, ajak Sekjen, jadikan agama sebagai inspirasi bukan aspirasi. Artinya agama dijadikan landasan, bukan digiring untukmem bawakan kehendaknya dalam perikehidupan bernegara.
Disebutkannya bahwa RI ini berdiri atas konsensus bersama, maka kita rawat kesepakatan ini.
"Jangan ada sikap untuk memaksa kehendak, untuk mengubah landasan negara," ajaknya.
"Tantangan untuk ajakan pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak, ingin mengubah landasan ini, dihadapi dengan spirit merawat keberagaman," ujarnya.
Disebutkan Sekjen, bahwa semangat wasathiyah ada dalam semua agama.
Sekjen juga sebutkan 4 indikator warga atau umat yang moderat.
Pertama, adanya komitmen berkebangsaan, dan tidak radikal dalam pemikiran dan sikap.
Kedua, terjalinnya toleransi, saling menghargai perselisihan pandangan, bukan meyakini praktik ajaran kita saja yang benar, yang pihak lain amalkan salah. Namun sikap toleransi di sini, perlu dipertegas ada keyakinan bahwa agama kita saja benar, namun menghormati agama lain dalam toleransi.
Ketiga, moderat itu tidak jalankan agama dengan kekerasan. Jadi, razia itu bukan jalan wasathiyah, tapi jalan yang lembut dan amar makruflah yang dikedepankan.
Adaptatif dengan kearifan lokal, ini ciri moderat yang keempat. [KKA]