Selasa, 08 Juli 2025
Beranda / Berita / Aceh / Soal Tanah Blang Padang, Ustad Masrul Aidi: Kami Hanya Minta Balik Modal

Soal Tanah Blang Padang, Ustad Masrul Aidi: Kami Hanya Minta Balik Modal

Minggu, 06 Juli 2025 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Tokoh agama Aceh, Ustad Masrul Aidi. [Foto: net]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tokoh agama Aceh, Ustad Masrul Aidi dalam unggahan akun Instagramnya @masrulid mengatakan bahwa dalam sebuah ceramah jelang buka puasa Ramadan 2016 di hadapan Panglima TNI saat itu, Jenderal Gatot Nurmantyo di Makodam Iskandar Muda, ia menyinggung persoalan sejarah dan kesadaran tentang keadilan dan hak-hak Aceh yang telah lama terabaikan.

“Pak Panglima TNI, orang Aceh itu sangat nasionalis. Mualem yang duduk di sebelah Anda itu dalam tubuhnya terdapat merah putih. Darah beliau merah, tulang beliau putih. Kalau Bapak tidak percaya, coba belah dada beliau,” kata Ustad Masrul, seraya menunjuk Mualem, Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka dilansir media dialeksis.com, Ahad (6/7/2025).

Masrul menegaskan bahwa perlawanan yang pernah terjadi di Aceh, baik dalam bentuk Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) maupun Gerakan Aceh Merdeka (GAM), bukanlah karena rakyat Aceh ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kalau selama ini beliau pimpin rakyat Aceh memberontak, bukan karena beliau separatis, tapi karena pemerintah pusat tidak berlaku adil,” ungkapnya.

Menurut Masrul, jika sejak awal negara mengakui hak-hak adat Aceh, mengelola hasil alam dengan adil, serta menegakkan hukum syariat Islam dengan benar, niscaya tak akan pernah ada gerakan separatisme di bumi Serambi Mekkah ini.

“Andai hak adat Aceh diakui, hasil alam dikelola adil, hukum syariat berjalan baik, mungkin di Aceh tidak ada DI/TI apalagi GAM,” tambahnya.

Masrul juga menyinggung polemik Blang Padang, sebuah lahan strategis di pusat Kota Banda Aceh yang kini menjadi sorotan.

"Blang Padang bukan milik Aceh, apalagi milik Indonesia. Karena Blang Padang sudah diwakafkan untuk Masjid Raya Baiturrahman ratusan tahun sebelum Indonesia ada,” katanya.

Ia mempertanyakan logika sejarah yang membuat aset-aset kerajaan Aceh perlahan dikuasai pemerintah pusat.

“Kalau semua aset kerajaan Aceh dikuasai pemerintah pusat, kenapa dulu tidak kita serahkan saja kepada Belanda?” ucapnya.

Masrul menekankan bahwa rakyat Aceh hanya meminta satu hal: keadilan. "Kami hanya minta balik modal. Kembalikan hak adat Aceh kepada Aceh. Bukankah Aceh juga bagian dari NKRI?” tanyanya.

Masrul memberi solusi bijak terkait kebutuhan lahan untuk keperluan pertahanan. “TNI perlu lahan? Silakan ambil semua hutan Seulawah itu untuk bangun asrama daripada dikuasai cukong yang tidak pernah berjuang untuk bela negara,” katanya.

Pesan-pesan Masrul diakhiri dengan suasana hangat. Seusai turun dari mimbar, ia duduk di samping sang Mualem yang kemudian bertanya dengan senyum khasnya, “Pajan ka neupike atra nyan?” (sejak kapan engkau berpikir seperti itu?). [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI