Sosialisasi Pemilu 2024, Mahasiswa: Pemuda Harus Berani Tolak Politik Uang
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
DIALEKSIS.COM | Aceh Utara - Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal) turut berpartisipasi dalam sosialisasi Pemilu bersama Panitia Pengawas Pemilihan (Panwaslih) Kabupaten Aceh Utara.
Ketua BEM FH Unimal, Aris Munandar, menekankan pentingnya peran pemilih pemula dalam Pemilu 2024 dan mengajak mereka untuk tidak terkontaminasi oleh politik uang. Menurutnya, politik uang adalah praktik yang merusak demokrasi dan dapat mempengaruhi keputusan pemilih.
"Kami sebagai mahasiswa merasa perlu untuk turut berpartisipasi dalam sosialisasi Pemilu ini, terutama untuk mengedukasi pemilih pemula tentang pentingnya hak suara mereka. Kami juga ingin memberikan pemahaman yang jelas tentang bahaya politik uang dan bagaimana cara menghindarinya," ujar Aris.
Sosialisasi Pemilu ini dilakukan secara langsung dengan cara mendatangi sekolah, di Aula SMA Negeri 1 Syamtalira Bayu, Aceh Utara, Sabtu (11/3/2023). Mahasiswa dan Panwaslih juga memberikan panduan tentang tata cara pencoblosan dan penghitungan suara.
Oleh karena itu, kata dia, praktik politik uang masih menjadi ancaman dalam penyelenggaraan Pemilu. Politik uang yang tak terkendalikan menjadi ancaman serius terhadap demokrasi. Penting bagi pemilih khususnya pemilih pemula membangun kesadaran tentang bahaya politik uang.
"Ada beberapa dampak politik uang, antara lain pemimpin yang terpilih bisa jadi bukan orang yang berkompeten karena dengan mengandalkan uang. Untuk membeli suara dengan sejumlah uang dalam Pemilu membutuhkan biaya yang sangat besar, hal ini menjadikan pemilu high cost alias membutuhkan modal besar," ucap Mahasiswa Fakultas Hukum Unimal ini.
Menurut dia, saat pemimpin itu terpilih dan termasuk calon legislatif dengan biaya yang sangat besar maka tidak menutup kemungkinan mereka akan berupaya untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan dengan berbagai cara.
"Kondisi ini pampaknya persaingan menjadi tidak setara dan tidak adil, merusak kadar persaingan yang sehat dalam pemilu, serta kedaulatan memilih menjadi tergadaikan," kata Aris Munandar.
Sementara itu, anggota Panwaslih Aceh Utara, Safwani menyampaikan, politik uang yang terjadi dalam pemilu itu menjadi tanggung jawab bersama untuk memberantasnya.
"Tidak mungkin hanya mengandalkan penegak hukum tanpa didukung oleh pemilih pemula. Jadi sebagai pemuda harus berani memulai untuk menolak politik uang dan membangun kesadaran bahwa politik uang tidak sehat untuk demokrasi," kata Safwani.
Ia juga berharap kepada pemilih pemula usai mengikuti sosialisasi ini supaya dapat mengawali semangat anti politik uang. Kemudian semangat ini harus ditularkan kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
"Supaya penyelenggaraan pemilu berbiaya politiknya murah dan orang yang tidak mempunyai modal namun mempunyai kapasitas bisa mengikuti kontestasi secara jujur dan fair," katanya.