Staf Khusus Menteri Kesehatan Audiensi ke Pangdam IM, Ini Pembahasannya
Font: Ukuran: - +
[Foto: Doc KodamIM]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Panglima Kodam Iskandar Muda (Pangdam IM) Mayjen TNI Hassanudin, S.I.P., M.M., menerima audiensi Staf Khusus Menteri Kesehatan (Menkes) RI Bidang Peningkatan SDM, dr Mariya Mubarika, bersama rombongan di Kantor BPBD Aceh Besar, Rabu (30/9/2020).
Pertemuan tersebut dilakukan di sela-sela kegiatan Panglima menghadiri kegiatan panen raya bersama Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo di Aceh Besar.
Dalam pertemuan itu, Staf Khusus Menkes RI menyampaikan, untuk mengatasi perkembangan Covid-19 di daerah tentunya harus sama-sama bersinergi, antara pemerintah pusat, daerah, TNI dan Polri.
Menurutnya, untuk saling bersinergi melawan Covid-19, maka masyarakat harus diberi pemahaman akan bahaya Covid-19, supaya patuh terhadap protokol kesehatan.
“Oleh sebab itu, tentunya harus bekerja sama dengan TNI untuk memberi pemahaman terhadap masyarakat. Pemahaman tentang Covid ini perlu ditingkatkan, dengan cara melakukan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat secara rutin,” ujar dr. Mariya, yang didampingi sejumlah staf Kemenkes RI.
Selain itu, kata Mariya, Menkes juga tengah mencanangkan kerja sama dengan organisasi profesi untuk mendeteksi suspek pasien Covid-19 dengan secepat mungkin.
Sementara itu, Pangdam IM menyampaikan bila penanganan Covid-19 di Aceh juga telah disampaikannya kepada Menkes saat rapat koordinasi melalui virtual pada beberapa hari yang lalu.
Kepada Staf Khusus Menkes, Pangdam menuturkan bila TNI di Aceh sudah bekerja dengan maksimal, meskipun para Babinsa hanya mengenakan masker saat menjalankan tugasnya di lapangan.
“Babinsa kita hebat, dengan modal APD masker saja sudah bisa berperan untuk masyarakat,” ujar Panglima.
Selain itu, Pangdam juga menjelaskan tentang konsep yang sedang diterapkan Kodam IM dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di tanah rencong.
“Konsep kita dalam rangka memutus mata rantai Covid di antaranya tentang pemahaman isolasi mandiri, kalau di Jawa sudah bisa dikondisikan, tapi kalau di sini belum. Isolasi mandiri di rumah malah berisiko untuk keluarganya. Inilah pemikiran kita yang harus dicanangkan,” kata Pangdam IM.
“Kemudian tentang pendataan pasien Covid di daerah, seperti di Aceh Singkil. Karena keterbatasan alat PCR, membuat sampel swab pasien di sana harus dibawa lagi ke Banda Aceh, kurang lebih memakan waktu 12 jam, ditambah lagi waktu proses di Lab-nya. Kami totalitas, dan ini merupakan tanggung jawab kita semua,” pungkasnya.
Turuh hadir dalam audiensi tersebut, Aslog Kasdam IM, Aster Kasdam IM, Dandim 0101/BS, dan Kapendam IM [*].