Tanaman Kakao Aceh Butuh Peremajaan, Ini Langkah Distanbun Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MP menyebutkan, produksi kakao Aceh pada tahun 2021 sebanyak 41.648 Ton dengan luas lahan 99.395 Hektar. Sementara pada 2022 sedikit turun menjadi 40.724 Ton dengan luas lahan 97.155 hektar.
Saat ini, kata Cut Huzaimah, komoditi kakao dari sisi hilir (industri pengolahan) semakin meningkat, tetapi dari sisi hulu mulai berkurang karena tanaman kakao di Aceh sudah tua dan perlu peremajaan.
"Sebagian petani yang tidak punya biaya peremajaan, dia sudah alih komoditi," kata Cut Huzaimah kepada Dialeksis.com, Rabu (1/11/2023).
Terkait dengan kendala itu, kata Huzaimah, pihaknya sudah bekerja sama dengan perusahaan coklat ternama seperti PT Mars dan PT Olam Indonesia.
"Mereka bertanya apa yang dibutuhkan oleh Aceh. Saya sampaikan perlu peremajaan kakao sekaligus pendampingan, karena pendampingan merupakan kebutuhan pokok," jelasnya.
Menindak lanjuti itu, pihak perusahaan kakao tersebut, membangun tempat pelatihan kakao di Aceh. Pada tahap pertama dipilih Kabupaten Aceh Tamiang karena wilayah tersebut mudah dijangkau.
"Bagi saya itu tidak masalah, terpenting terbangun satu unit pelatihan kakao besar, kemudian di kabupaten lain dibangun cabangnya," ucapnya.
Ia menyebutkan ada 6 Kabupaten penghasil kakao yaitu Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Tamiang, dan Aceh Tenggara.
Selain itu, kata Cut Huzaimah, perusahaan kakao itu juga akan membimbing siswa-siswa SMK PP di Aceh. Para siswa akan dilatih skillnya agar ketika lulus bisa menggarap coklat dan menjadi penyuluh swadaya coklat.
Cut Huzaimah mengungkapkan bahwa ketertarikan perusahaan luar terhadap kakao di Aceh, karena kadar lemak kakao Aceh sangat tinggi mencapai 53 persen, di tempat lain paling tinggi 35 persen.
"Mereka menyadari hasil coklat Aceh itu bagus sekali, incaran pasar-pasar global," pungkasnya.